Petugas kesehatan memberikan perawatan kepada sejumlah anak penderita gizi buruk dari kampung Warse, Distrik Jetsy di RSUD Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Senin (22/1/2018). Sebanyak 15 anak dievakuasi menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats untuk diberikan perawatan dan pengobatan. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
JAKARTA - Kapolda Papua Irjen Pol Boy
Rafli Amar memperkirakan jumlah warga di Kabupaten Asmat, Papua yang menderita
gizi buruk mencapai 15.000 orang.
"Yang mengalami gizi buruk, kurang lebih 10.000
orang hingga 15.000 orang," kata Irjen Boy di Sekolah Tinggi Ilmu
Kepolisian (STIK), Jakarta, hari Rabu (24/1).
Menurut dia, gizi buruk yang dialami masyarakat di
Asmat disebabkan beberapa faktor di antaranya lokasi yang jauh dan sulit
dijangkau, minimnya sarana kesehatan seperti puskesmas, taraf perekonomian
masyarakatnya rendah, keterbatasan sarana transportasi dan keterbatasan akses
distribusi makanan bergizi.
"Beberapa aliran sungai pasang surut jadi tidak
selalu dapat dilewati kapal untuk mendistribusikan bahan makanan,"
katanya.
Boy pun menggambarkan minimnya kondisi puskesmas yang
ada di Asmat.
"Tenaga medis kurang, kepala puskesmasnya bukan
dokter," katanya.
Untuk itu ia meminta Pusdokkes Mabes Polri untuk
mengirimkan sejumlah dokter untuk ditempatkan di puskesmas-puskesmas di Asmat.
"Program dokter muda, dokter magang diharapkan
bisa hadir di Papua sehingga bisa mengisi pos yang kosong terutama kepala
puskesmas," katanya.
Boy Rafli mengatakan warga Asmat saat ini masih
membutuhkan 2.000 vial hingga 3.000 vial vaksin campak.
"Untuk cadangan, diperkirakan masih butuh 2.000
vial sampai 3.000 vial vaksin untuk stok sehingga ke depan kita tetap bisa
memvaksin anak-anak," katanya.
Boy menambahkan Polda Papua dan Kodam Cenderawasih
akan membuat Satgas Kesehatan. Satgas ini akan memetakan sejumlah daerah rawan
penyakit dan mendatangi daerah tersebut untuk penanganan.
"Di beberapa wilayah akan kami telusuri,
informasinya terdapat beberapa wabah penyakit seperti di Pegunungan
Bintang," katanya.
Untuk di Kabupaten Asmat, ia mengatakan, proses
pelayanan kesehatan terkait wabah campak dan gizi buruk masih dilakukan. Selain
itu bantuan makanan bergizi dan obat-obatan terus mengalir baik dari pemerintah
maupun swasta.
"Kami berterima kasih sampai hari ini dari
beberapa lembaga masyarakat ikut mengirim (bantuan) ke Asmat," katanya.
KLB campak dan gizi buruk terjadi di Kabupaten Asmat
sejak September 2017. Hingga kini dilaporkan terdapat 61 anak dan balita yang
meninggal dunia akibat terserang campak dan gizi buruk.
Sejumlah bantuan pasokan makanan bergizi dan
obat-obatan telah disalurkan baik oleh instansi pemerintah dan swasta sejak
kasus ini mengemuka di pemberitaan berbagai media. (Antara)