Wednesday, 24 January 2018

15.000 Orang Penderita Gizi Buruk di Asmat Papua


Petugas kesehatan memberikan perawatan kepada sejumlah anak penderita gizi buruk dari kampung Warse, Distrik Jetsy di RSUD Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Senin (22/1/2018). Sebanyak 15 anak dievakuasi menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats untuk diberikan perawatan dan pengobatan. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)  


JAKARTA - Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar memperkirakan jumlah warga di Kabupaten Asmat, Papua yang menderita gizi buruk mencapai 15.000 orang.
"Yang mengalami gizi buruk, kurang lebih 10.000 orang hingga 15.000 orang," kata Irjen Boy di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), Jakarta, hari Rabu (24/1).
Menurut dia, gizi buruk yang dialami masyarakat di Asmat disebabkan beberapa faktor di antaranya lokasi yang jauh dan sulit dijangkau, minimnya sarana kesehatan seperti puskesmas, taraf perekonomian masyarakatnya rendah, keterbatasan sarana transportasi dan keterbatasan akses distribusi makanan bergizi.
"Beberapa aliran sungai pasang surut jadi tidak selalu dapat dilewati kapal untuk mendistribusikan bahan makanan," katanya.
Boy pun menggambarkan minimnya kondisi puskesmas yang ada di Asmat.
"Tenaga medis kurang, kepala puskesmasnya bukan dokter," katanya.
Untuk itu ia meminta Pusdokkes Mabes Polri untuk mengirimkan sejumlah dokter untuk ditempatkan di puskesmas-puskesmas di Asmat.
"Program dokter muda, dokter magang diharapkan bisa hadir di Papua sehingga bisa mengisi pos yang kosong terutama kepala puskesmas," katanya.
Boy Rafli mengatakan warga Asmat saat ini masih membutuhkan 2.000 vial hingga 3.000 vial vaksin campak.
"Untuk cadangan, diperkirakan masih butuh 2.000 vial sampai 3.000 vial vaksin untuk stok sehingga ke depan kita tetap bisa memvaksin anak-anak," katanya.
Boy menambahkan Polda Papua dan Kodam Cenderawasih akan membuat Satgas Kesehatan. Satgas ini akan memetakan sejumlah daerah rawan penyakit dan mendatangi daerah tersebut untuk penanganan.
"Di beberapa wilayah akan kami telusuri, informasinya terdapat beberapa wabah penyakit seperti di Pegunungan Bintang," katanya.
Untuk di Kabupaten Asmat, ia mengatakan, proses pelayanan kesehatan terkait wabah campak dan gizi buruk masih dilakukan. Selain itu bantuan makanan bergizi dan obat-obatan terus mengalir baik dari pemerintah maupun swasta.
"Kami berterima kasih sampai hari ini dari beberapa lembaga masyarakat ikut mengirim (bantuan) ke Asmat," katanya.
KLB campak dan gizi buruk terjadi di Kabupaten Asmat sejak September 2017. Hingga kini dilaporkan terdapat 61 anak dan balita yang meninggal dunia akibat terserang campak dan gizi buruk.
Sejumlah bantuan pasokan makanan bergizi dan obat-obatan telah disalurkan baik oleh instansi pemerintah dan swasta sejak kasus ini mengemuka di pemberitaan berbagai media. (Antara)