Tuesday, 19 December 2017

1.436 Penderita AIDS Keliaran di Sulut



Grafis penderita HIV/AIDS
Penyebaran penyakit HIV/AIDS kian meresahkan di Sulawesi Utara (Sulut). Tercatat ada sekira 1.619 penderita HIV/AIDS di daerah Nyiur Melambai dan sudah ada 183 orang yang meninggal. Artinya, masih ada 1.436 penderita yang masih berkeliaran dan berpotensi menyebarkan virus yang masih belum ada obatnya hingga saat ini.
MANADO - Penanganan penyebaran penyakit HIV/AIDS di Sulut dinilai belum maksimal. Selain masih minimnya tindakan pencegahan (kecuali imbauan pakai kondom ketika berhubungan seksual), warga Sulut seakan tidak merespon baik teror HIV/AIDS.
Hidup dengan HIV/AIDS sangat tidak mudah bagi penderitanya. Selain harus berjibaku dengan serangan virus yang secara perlahan, stigma sosial masyarakat kepada penderita begitu menakutkan.
“Jauhkan penderita dari lingkungan kehidupan kami. Kalau perlu, saat meninggalnya nanti jangan sampai dikuburkan di tanah ini,” ungkap sejumlah warga yang tinggal di Manado, saat diwawancarai tim Cover Story (CS) Manado Post, pekan lalu. Salah satu penderita berinisial G (24) ketika diwawancarai di RS Prof Kandou mengaku, ketika divonis mengidap virus HIV dirinya bercampur rasa takut dan tidak percaya.
“Kadang-kadang saya marah, sedih bahkan kecewa kalau berpikir tentang semua hal tersebut. Namun, saya menyadari saya perlu membantu orang lain,” ujarnya. Olehnya, dirinya pun mengimbau setiap masyarakat pada sebuah kesempatan agar tidak bergonta-ganti pasangan untuk berhubungan seksual (setia kepada pasangan, red) atau memakai jarum suntik yang sama, karena sangat berpotensi terjangkit HIV/AIDS.
Dikisahkannya, awalnya dirinya mengetahui mengidap HIV/AIDS saat masuk rumah sakit karena sakit tifus. “Awalnya saya masuk rumah sakit di Manado, kemudian saat dilakukan pengecekan darah ternyata darah saya positif mengidap HIV,” ujarnya sembari mengaku, kemungkinan besar dirinya terjangkit karena sering gonta ganti pasangan.
“Saya sangat menyesal, tapi mau bagaimana lagi sudah terjadi,” tuturnya. Meski begitu, walau harus hidup dengan virus berbahaya, namun support dari teman-temannya membuat ia bisa bertahan.
“Padahal pernah terpikir untuk bunuh diri,” kata gadis cantik berkulit putih mulus ini. Sebelumnya juga, diketahui dari sumber terpercaya, salah satu tokoh masyarakat di daerah ini, harus meregang nyawa setelah berjuang melawan virus tersebut.
“Positif pasien tersebut menderita HIV setelah dilakukan pemeriksaan darah akibat keluhan sakit di bagian perut,” ujar salah satu petugas medis di salah satu RS ternama di Kota Manado. 
Sementara itu, data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulut, saat ini kategori usia produktif sangat mendominasi jumlah penderita yaitu 30-39 tahun. Menilik status pekerjaannya, wiraswasta sebanyak 498, Ibu Rumah Tangga sebanyak 314, dan tidak mempunyai pekerjaan sejumlah 203. Diprediksi, sepuluh tahun ke depan, daerah ini terancam bisa kehilangan 1-2 generasi. Kepala Dinkes Sulut dr Grace Punuh MKes menuturkan, pemerintah sudah melakukan berbagai macam langkah untuk menekan jumlah penderita HIV/AIDS di Sulut.
“Sosialisasi dilakukan agar masyarakat menyadari bahaya penyakit ini. Mulai dari penyuluhan hingga meningkatkan imbauan program KB,” ucap Punuh. Dilanjutkannya, saat ini yang menjadi solusi untuk mencegah penyebaran virus HIV/AIDS di Sulut, yaitu kita terus mengaktifkan dan memperkuat layanan kesehatan bagi KB di setiap Puskesmas. “Penanggulangan HIV/AIDS akan terus dilakukan di semua kabupaten dan kota,” kuncinya. 
Simak informasi menarik lainnya di Manado Post edisi cetak hari ini Senin, 01 December 2014 dan ikuti terus perkembangan terkini Sulut dan Nasional di www.manadopostonline.com