Sunday, 26 November 2017

Satgas kijang harus melayani dari rumah ke rumah


Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Aloysius Giyai (kanan) - Jubi/Yance Wenda 

Sentani – Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Papua untuk mengurangi angka kematian di Papua, terutama di wilayah pedalaman yang masih belum terjangkau layanan kesehatan, adalah dengan membentuk satuan tugas (satgas) kaki telanjang (kijang) dan satgas terapung.
“Saya bentuk tim kaki telanjang dan tim terapung ini cuma saya mau umpan apakah bupati-bupati itu bisa tiru kah tidak. Tujuannya supaya tim kesehatan ini bisa menjamah kampung–kampung terluar dan pulau–pulau yang masih terisolasi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Aloysius Giyai, kepada Jubi, usai menutup kegiatan kader posyandu TP-PKK provinsi Papua, awal pekan lalu.
Aloysius Giyai menjelaskan 80 persen dana Otsus ada di kabupaten dan provinsi diambil dari dana oprasional per bidang.
“Pelayanan seperti ini sebenarnya tidak ada di provinsi karena dananya ada di kabupaten/kota,”ucapnya.
Aloysius mengungkapkan pada rapat kerja Dinas Kesehatan pada 1 Juni 2017, Dinkes Provinsi Papua menandatangani kesepakatan kerjasama (MoU) dengan bupati dan kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota terkait pelayanan kesehatan dari kampung ke kampung.
“Beberapa kabupaten sudah melaksanakan dengan baik MoU itu. Antara lain Lanny Jaya,  Pegunungan Bintang, Paniai, Mimika. Yang terakhir beberapa hari lalu, Wakil Bupati Jayawijaya melepaskan satgas kijang,” katanya.
Giyai merinci satgas kijang yang dimiliki kabupaten, Jayawijaya 69 orang, Mimika 200 orang, Pegunungan Bintang 180 orang, Paniai 250 orang, dan Kepulauan Yapen 80 orang.
“Saya mau tuntut kabupaten lain yang sampai sekarang belum memiliki satgas kijang dan satgas terapung. Mereka yang dilepas ini bekerja seperti misionaris. Mereka harus datangi dari rumah ke rumah, melayani keluarga yang belum terjamah baik pendidikan dan kesehatan,” jelas Giyai.
Dengan gerakan seperti inilah, kata Giyai, hati rakyat akan tersentuh. Tim satgas kijang dan satgas terapung harus bermitra dengan PAUD, posyandu, tokoh agama, dan toko adat yang ada di kampung-kampung.
“Kehidupan sosial budaya masyarakat Papua masih tinggi. Tokoh adat dan tokoh agama bicara, baru bisa dengar. Kalau guru atau petugas kesehatan yang masuk, belum tentu mereka dengar. Karenanya, betapa penting kemitraan dengan para tokoh adat dan tokoh agama,” tutur Giyai.
Penaggung-jawab Program Malaria Dinas Kesehatan Provinsi Papua Jonny Hutahaean, menjelaskan salah satu tugas satgas kijang dan satgas terapung adalah menyampaikan informasi berbagai informasi tentang berbagai penyakit menular, diantaranya adalah malaria.  
“Dengan memperluas informasi ini agar bagaimana masyarakat menghindari penyakit menular salah satunya itu malaria,” kata Jonny. (*)
Sumbert : Tabloid Jubi