Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Aloysius Giyai (kanan) - Jubi/Yance Wenda
Sentani
–
Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Papua untuk mengurangi
angka kematian di Papua, terutama di wilayah pedalaman yang masih belum
terjangkau layanan kesehatan, adalah dengan membentuk satuan tugas (satgas)
kaki telanjang (kijang) dan satgas terapung.
“Saya
bentuk tim kaki telanjang dan tim terapung ini cuma saya mau umpan apakah
bupati-bupati itu bisa tiru kah tidak. Tujuannya supaya tim kesehatan ini bisa
menjamah kampung–kampung terluar dan pulau–pulau yang masih terisolasi,” kata
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Aloysius Giyai, kepada Jubi, usai
menutup kegiatan kader posyandu TP-PKK provinsi Papua, awal pekan lalu.
Aloysius
Giyai menjelaskan 80 persen dana Otsus ada di kabupaten dan provinsi diambil
dari dana oprasional per bidang.
“Pelayanan
seperti ini sebenarnya tidak ada di provinsi karena dananya ada di
kabupaten/kota,”ucapnya.
Aloysius
mengungkapkan pada rapat kerja Dinas Kesehatan pada 1 Juni 2017, Dinkes
Provinsi Papua menandatangani kesepakatan kerjasama (MoU) dengan bupati dan
kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota terkait pelayanan kesehatan dari kampung
ke kampung.
“Beberapa
kabupaten sudah melaksanakan dengan baik MoU itu. Antara lain Lanny Jaya,
Pegunungan Bintang, Paniai, Mimika. Yang terakhir beberapa hari lalu, Wakil
Bupati Jayawijaya melepaskan satgas kijang,” katanya.
Giyai
merinci satgas kijang yang dimiliki kabupaten, Jayawijaya 69 orang, Mimika 200
orang, Pegunungan Bintang 180 orang, Paniai 250 orang, dan Kepulauan Yapen 80
orang.
“Saya
mau tuntut kabupaten lain yang sampai sekarang belum memiliki satgas kijang dan
satgas terapung. Mereka yang dilepas ini bekerja seperti misionaris. Mereka
harus datangi dari rumah ke rumah, melayani keluarga yang belum terjamah baik
pendidikan dan kesehatan,” jelas Giyai.
Dengan
gerakan seperti inilah, kata Giyai, hati rakyat akan tersentuh. Tim satgas
kijang dan satgas terapung harus bermitra dengan PAUD, posyandu, tokoh agama,
dan toko adat yang ada di kampung-kampung.
“Kehidupan
sosial budaya masyarakat Papua masih tinggi. Tokoh adat dan tokoh agama bicara,
baru bisa dengar. Kalau guru atau petugas kesehatan yang masuk, belum tentu
mereka dengar. Karenanya, betapa penting kemitraan dengan para tokoh adat dan
tokoh agama,” tutur Giyai.
Penaggung-jawab
Program Malaria Dinas Kesehatan Provinsi Papua Jonny Hutahaean, menjelaskan
salah satu tugas satgas kijang dan satgas terapung adalah menyampaikan
informasi berbagai informasi tentang berbagai penyakit menular, diantaranya
adalah malaria.
“Dengan
memperluas informasi ini agar bagaimana masyarakat menghindari penyakit menular
salah satunya itu malaria,” kata Jonny. (*)
Sumbert
: Tabloid Jubi