Kepala Unit Pelaksana Teknis AIDS, TB dan Malaria (ATM) Dinas Kesehatan Provinsi Papua Bery Wopari. (Foto: Antara Papua/Musa Abubar)
Jayapura
- Guna menekan angka
penderita HIV/AIDS di Papua, Dinas Kesehatan
Provinsi Papua rencanakan sosialisasi program strategi
"Trisero". Program tersebut bertujuan untuk mengeliminasi HIV/AIDS
pada 2030.
"Ada
beberapa kegiatan strategis dalam bentuk sosialisasi Trisero yang kami siapkan
untuk mengeliminasi HIV/AIDS pada 2030 nanti," kata Kepala Unit Pelaksana
Teknis AIDS, TB dan Malaria (ATM) Dinas Kesehatan Provinsi Papua Bery Wopari,
di Jayapura, Sabtu, (11/11/17).
Menurut
dia, sosialisasi itu rencananya akan dilaksanakan pada 13-14 November 2017 di
salah satu hotel di Jayapura.
Bery
menjelaskan Trisero adalah tidak ada lagi penularan HIV baru, tidak ada lagi
orang dengan HIV/AIDS (OdHA) yang meninggal karena HIV/AIDS, dan tidak ada lagi
diskriminasi stigma bagi mereka yang positif HIV/AIDS.
"Jadi,
Trisero ini di dalamnya itu ada yang namanya 90, 90, 90. Angka 90 yang pertama
itu adalah untuk menemukan kasus-kasus HIV," katanya lagi.
Seluruh
populasi penduduk yang berisiko di Papua, 90 persen di antaranya harus
mengetahui status HIV-nya, dengan berbagai cara seperti pelayanan kesehatan ibu
hamil dilakukan tes HIV/AIDS.
Kemudian,
pelayanan konseling dan tes HIV/AIDS bagi masyarakat umum, donor darah yang
kemudian dilakukan penapisan, jika ditemukan ada warga yang positif HIV/AIDS
harus ditindaklanjuti.
"Nah,
itu contoh untuk menemukan warga kebanyakan berisiko yang mengetahui status
HIV-nya, itu 90 yang pertama," ujarnya pula.
Kemudian,
90 yang kedua yaitu masyarakat yang diketahui HIV positif harus mendapatkan
obat ARV.
"Jadi,
boleh dikatakan semua orang yang terdeteksi HIV positif harus mendapatkan ARV
dengan cara sosialisasi dan mengajak masyarakat untuk tes darah, dan juga
menyampaikan bahwa ARV ini juga selain mengobati gejala-gejala AIDS atau
penyakit-penyakit yang timbul pada stadiun AIDS, tetapi juga merupakan suatu
upaya pencegahan," ujarnya.
Dia
menjelaskan dengan minum obat ARV itu jumlah virus akan turun sampai pada
jumlah yang sangat rendah dan tidak terdeteksi lagi.
"Kalau
sudah pada tingkatan ini, maka potensi untuk penularan HIV itu sudah sangat
kecil sekali, bahkan penularan HIV tidak terjadi karena rendah sekali di dalam
tubuh," ujarnya pula.
Selanjutnya,
90 yang ketiga adalah semua yang minum obat ARV itu virusnya sudah tidak
terdeteksi lagi.
Dia
menyebutkan, program 90, 90, 90 itu merupakan program nasional yang sudah disosialisasikan
kepada seluruh provinsi di Indonesia termasuk di Provinsi Papua yang nantinya
akan diturunkan ke 28 kabupaten dan satu kota di provinsi ini.
Ia
menambahkan, upaya itu yang akan terus dilakukan untuk menuju Papua bebas
penularan HIV/AIDS.
"Semua
pihak akan dikerahkan dalam semua aspek kegiatan sosial ke depan. Dalam program
ini, kami akan melakukan pendekatan satu tungku tiga batu, jadi ada unsur
pemerintah, unsur agama, dan unsur adat budaya," ujarnya pula. (*)
Sumbert
: Tabloid Jubi