Sunday, 26 November 2017

Dinkes Papua akan sosialisasi "Trisero" untuk eliminasi HIV/AIDS 2030


Kepala Unit Pelaksana Teknis AIDS, TB dan Malaria (ATM) Dinas Kesehatan Provinsi Papua Bery Wopari. (Foto: Antara Papua/Musa Abubar)

Jayapura - Guna menekan angka penderita HIV/AIDS di Papua, Dinas Kesehatan Provinsi Papua rencanakan sosialisasi program strategi "Trisero". Program tersebut bertujuan untuk mengeliminasi HIV/AIDS pada 2030.
"Ada beberapa kegiatan strategis dalam bentuk sosialisasi Trisero yang kami siapkan untuk mengeliminasi HIV/AIDS pada 2030 nanti," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis AIDS, TB dan Malaria (ATM) Dinas Kesehatan Provinsi Papua Bery Wopari, di Jayapura, Sabtu, (11/11/17).
Menurut dia, sosialisasi itu rencananya akan dilaksanakan pada 13-14 November 2017 di salah satu hotel di Jayapura.
Bery menjelaskan Trisero adalah tidak ada lagi penularan HIV baru, tidak ada lagi orang dengan HIV/AIDS (OdHA) yang meninggal karena HIV/AIDS, dan tidak ada lagi diskriminasi stigma bagi mereka yang positif HIV/AIDS.
"Jadi, Trisero ini di dalamnya itu ada yang namanya 90, 90, 90. Angka 90 yang pertama itu adalah untuk menemukan kasus-kasus HIV," katanya lagi.
Seluruh populasi penduduk yang berisiko di Papua, 90 persen di antaranya harus mengetahui status HIV-nya, dengan berbagai cara seperti pelayanan kesehatan ibu hamil dilakukan tes HIV/AIDS.
Kemudian, pelayanan konseling dan tes HIV/AIDS bagi masyarakat umum, donor darah yang kemudian dilakukan penapisan, jika ditemukan ada warga yang positif HIV/AIDS harus ditindaklanjuti.
"Nah, itu contoh untuk menemukan warga kebanyakan berisiko yang mengetahui status HIV-nya, itu 90 yang pertama," ujarnya pula.
Kemudian, 90 yang kedua yaitu masyarakat yang diketahui HIV positif harus mendapatkan obat ARV.
"Jadi, boleh dikatakan semua orang yang terdeteksi HIV positif harus mendapatkan ARV dengan cara sosialisasi dan mengajak masyarakat untuk tes darah, dan juga menyampaikan bahwa ARV ini juga selain mengobati gejala-gejala AIDS atau penyakit-penyakit yang timbul pada stadiun AIDS, tetapi juga merupakan suatu upaya pencegahan," ujarnya.
Dia menjelaskan dengan minum obat ARV itu jumlah virus akan turun sampai pada jumlah yang sangat rendah dan tidak terdeteksi lagi.
"Kalau sudah pada tingkatan ini, maka potensi untuk penularan HIV itu sudah sangat kecil sekali, bahkan penularan HIV tidak terjadi karena rendah sekali di dalam tubuh," ujarnya pula.
Selanjutnya, 90 yang ketiga adalah semua yang minum obat ARV itu virusnya sudah tidak terdeteksi lagi.
Dia menyebutkan, program 90, 90, 90 itu merupakan program nasional yang sudah disosialisasikan kepada seluruh provinsi di Indonesia termasuk di Provinsi Papua yang nantinya akan diturunkan ke 28 kabupaten dan satu kota di provinsi ini.
Ia menambahkan, upaya itu yang akan terus dilakukan untuk menuju Papua bebas penularan HIV/AIDS. 
"Semua pihak akan dikerahkan dalam semua aspek kegiatan sosial ke depan. Dalam program ini, kami akan melakukan pendekatan satu tungku tiga batu, jadi ada unsur pemerintah, unsur agama, dan unsur adat budaya," ujarnya pula. (*)
Sumbert : Tabloid Jubi