Masyarakat Korowai - Jubi/Agus Pabika
Danowage
- Masyarakat Korowai sulit bercocok
tanam karena mereka masih bergantung dengan hasil alam yang ada di sekitar
mereka.
Hal
tersebut dikatakan Jimmy Weyato penginjil di Danowage kepada Jubi, Kamis,
(26/10/2017), lalu.
"Masyarakat
tidak memiliki budaya berkebun, mereka lebih mengandalkan hasil berburu dan
pisang hutan yang ada di sekitar dusun mereka. Untuk mencari makan mereka
berburu babi hutan, burung, kus-kus hutan, sagu, ulat sagu, sayur lilin
dan ikan serta udang hasil tangkapan dari kali-kali besar yang ada di Korowai
dan sekitarnya," katanya.
Lanjutnya,
sebenarnya pihaknya pernah mengajarkan masyarakat Korowai cara untuk becocok
tanam atau berkebun dengan memberikan mereka bibit jagung, ubi, kacang-kacangan
dan lainnya tapi mereka enggan menanamnya. Mereka lebih suka berburu dan makan
pisang hutan.
"Mereka
tidak bisa mengikuti cara kami (orang Lani) berkebun dan buka lahan baru di
sekitar halaman dan dusun mereka. Setiap minggu ibadah, saya dan penginjil lain
selalu ingatkan mereka untuk berkebun, apalagi Pdt. Trevol kasih tahu ke mereka
tapi tidak pernah dikerjakan. Berkebun penting, karena dengan kebun dan tanaman
yang ada dapat mengurangi gizi buruk mereka, dan membantu mereka untuk mandiri
serta jauh dari kelaparan dan selalu hidup sehat," kata Jimmy.
Sementara
itu salah satu guru di sekolah Yayasan Lentera Harapan (YLH) Danowage,
Iren Wato, mengatakan pihaknya hanya bisa mengajarkan melalui anak didik saja.
"Kami
didik anak-anak murid asli Korowai untuk hidup sehat. Dengan pola hidup sehat
di sekolah mereka bisa lakukan juga di rumah dan mengajarkan ke orangtua
mereka. Misalnya mengajarkan mereka MCK, makan makanan bergizi. Kami juga ajarkan
cara berkebun di halaman sekolah dengan harapan itu bisa menjadi bekal mereka
ke depan, dan juga bisa dipraktikkan langsung di sekitar halaman rumah
mereka." (*)
Sumbert
: Tabloid Jubi