Friday 20 October 2017

Selama dua tahun terakhir, dalam satu hari, sedikitnya delapan orang di Jayawijaya terinfeksi HIV


Anti Retro Viral (ARV), obat yang dikonsumsi para penderita AIDS. Obat ini berfungsi menghambat HIV berkembang-biak dan memberi kesempatan terbentuknya kekebalan tubuh - IST

Wamena - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Jayawijaya, dua tahun terakhir telah mengungkap 6.300 kasus baru HIV yang sebelumnya tidak diketahui. Berarti dalam kurun dua tahun terakhir, dalam sehari, sedikitnya ada delapan orang di Jayawijaya terinfeksi HIV.
Orang terinfeksi HIV yang sudah mencapai ribuan itu kini mendapat pertolongan melalui pendampingan dan pemberian obat antiretroviral (ARV).

"Semakin banyak angka yang kita ungkap, semakin banyak yang kita berikan penanganan atau pertolongan," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Jayawijaya, Yohanis Walilo, di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, Rabu (20/9/17).
Bila dalam kurun dua tahun ditemukan 6.300 kasus baru, berarti selama dua tahun terakhir, dalam sehari sedikitnya ada delapan orang di Jayawijaya terinfeksi HIV.
Untuk mendukung penanganan penanggulangan HIV/AIDS, Pemerintah Jayawijaya memberikan bantuan dana sebesar Rp 2 miliar pada tahun 2017 kepada KPA setempat.

"Mungkin minggu depan dana itu sudah dapat dicairkan supaya teman-teman gunakan untuk beberapa bulan ke depan ini. Dana itu harus digunakan sesuai program kerja yang mereka buat," katanya.

Ia menambahkan bahwa melalui sosialisasi rutin ke masyarakat, telah terjadi perubahan perilaku dari masyarakat untuk mendukunga pencegahan penularan HIV.

"Kalau tiga sampai empat tahun lalu ketika kita lakukan pemeriksaan terhadap 100 orang, 10 hingga 20 orang diantaranya pasti positif terinfeksi HIV, tetapi kalau sekarang kita lakukan, hanya 2 hingga 5 orang yang terinfeksi. Ini artinya bahwa kesadaran orang untuk menghindarkan diri dari infeksi HIV sudah semakin baik. Mudah-mudahan ke depan kesadaran semakin tinggi," katanya.

Dari pertemuan perwakilan pemkab, LSM, dan kelompok kerja pencegahan HIV/AIDS di Kantor Bupati Jayawijaya, Rabu siang itu, juga dibicarakan tentang rencana kerjasama Jayawijaya dengan pemkab pemekaran di sana sebab orang yng terinfeksi HIV dari kabupaten pemekaran biasa masuk ke Jayawijaya tanpa adanya pemberitahuan.

"Sebenarnya kita bisa mendeteksi dan memberikan penanganan kalau itu hanya pasien di Jayawijaya saja. Tetapi ini kan ada pasien dari kabupaten lain yang masuk tanpa memberitahu kami, bahkan tidak ada data dari daerah asalnya sehingga seakan-akan pasien dari Jayawijaya jumlahnya semakin bertambah," katanya.

Sekda mengatakan kerjasama penanganan HIV/AIDS tingkat kabupaten yang pernah dilakukan pada 2010 adalah Jayawijaya dengan Pemkab Yalimo dan Nduga, dan hal itu yang akan dibicarakan lagi.

"Harus ada kerjasama supaya kalau pasien masuk di KPA Jayawijaya, kita bisa tangani walaupun itu pasien dari kabupaten lain. Karena yang namanya pasien, kita tidak bisa tolak," katanya.