Friday 20 October 2017

Klinik misionaris, satu-satunya harapan suku Korowai


Ilustrasi salah satu anak suku Korowai, Puti Hatil yang menderita bisul hingga pipi kirinya berlubang, dan kiri dirawat di RS Dian Harapan, Kota Jayapura - Jubi/Arjuna

Jayapura - Koordinator Gereja Injili di Indonesia (GIDI) untuk wilayah Korowai, Koeles Kogoya mengatakan, hingga kini satu-satunya harapan suku Korowai mendapat pengobatan ketika sakit adalah klinik misionaris di Danowage, pimpinan Mr. Mr. Trevor Christian Johnson.
Katanya, pelayanan kesehatan adalah masalah serius masyarakat suku Korowai, di wilayah selatan Papua. 
"Saya sudah masuk ke wilayah Korowai sejak 17 tahun lalu. Di sana tidak ada pelayanan kesehatan. Kami dari gereja sering masukkan permohonan bantuan obat ke kabupaten di wilayah pegunungan, misalnya Tolikara dan Puncak Jaya," katanya kepada Jubi pekan lalu.
Menurutnya, jika mendapat bantuan obat, pihaknya menaruhnya di pos dan memberikan kepada masyarakat ketika mereka datang berobat. Namun ketika obat habis, masyarakat kembali sulit mendapat pengobatan.
"Kalau sakit masyarakat sudah parah, kami minta bantuan helikopter milik misionaris ke Wamena, Jayawijaya untuk menjemput pasien. Ini gratis, tidak dibayar. Kami juga minta bantuan ke misonaris, untuk mengirim tenaga kesehatan ke Korowai dan membagikan obat," ujarnya.
Ia mengatakan, penyakit yang diderita masyarakat Korowai selain kekurangan gizi yakni kaki gajah, malaria, rematik, dan bisul, seperti yang dialami Puti Hatil, bocah lelaki empat tahun yang kini mendapat perawatan di RS Dian Harapan.  
"Penyakit seperti yang diderita Puti ini, banyak diderita masyarakat di sana. Ada dua jenis bisul, bisul yang muncul ke luar, ada yang ke dalam tubuh. Bisul ke dalam ini, saya juga sering alami, bagian tubuh yang kena bisul ini mengeras," katanya. 
Kepala sekolah SD dan TK Lentera Harapan di Danowage, Distrik Yaniruma, Kabupaten Boven Digoel, Merry Cristina mengatakan, pelayanan kesehatan dan pendidikan di Korowai minim.  
"Kami harap pemerintah mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya dan bagaimana menjaga kesehatan, kita tidak bisa menyalahkan masyarakat, karena sejak dulu pola hidup mereka seperti ini," ucapnya.
Kata dia, di sekolah pihaknya pelan-pelan mengajarkan anak-anak Korowai bagaimana pola makan dan menjaga kebersihan tubuh. 
"Kami minta anak-anak membawa bekal, tapi mau bagaimana lagi, orangtua mereka hanya dapat menyediakan sagu," katanya. 
Sumber :Tabloid Jubi