Daniel Hatil ketika menggendong anaknya Puti Hatil di area Rumah Sakit Dian Harapan, Waena, Kota Jayapura, tempat Puti mendapat perawatan medis - Jubi/Arjuna
Jayapura
- Perjalanan panjang selama
10 jam dari kampung Afimabul menuju Danowage, harus
ditempuh salah satu warga di suku Korowai, Daniel Hatil.
Daniel
mengatakan, perjalanan panjang itu ia tempuh sambil menggendong anak
laki-lakinya, Puti Hatil, berusia tiga tahun, untuk berobat karena menderita
bisul hingga pipi kirinya berlubang.
Ia
menempuh perjalanan selama berjam-jam, ke tempat klinik Mr. Trevor
Christian Johnson di Danowage, supaya anaknya mendapat perawatan medis dari
istri misionaris itu, lantaran tak ada tenaga medis di kampungnya.
"Saya
berangkat dari kampung jam tujuh pagi, dan tiba di Danowage jam lima sore.
Setibanya di sana, semalam saya belum bicara dengan Mr. Trevor. Keesokan
harinya, beliau menyuruh saya mengemasi barang bawaan saya, dan mengantar Puti
berobat ke Jayapura," kata Daniel Hatil kepada Jubi, akhir pekan lalu.
Namun
Daniel menolak berangkat ke Jayapura, lantaran ia sama sekali tak punya uang,
dan tidak tahu daerah tujuannya. Daniel meminta anaknya diobati di klinik itu,
supaya segera membawanya pulang ke Kampung Afimabul.
"Tapi
Mr. Trevor mengatakan, luka di pipi Puti sudah parah, dan harus dibawa ke
Jayapura untuk berobat. Tiga hari kemudian saya berangkat ke Jayapura
menggunakan pesawat yang disiapkan Mr. Trevor. Beliau urus semuanya, saya
tinggal berangkat," ujarnya.
Setibanya
di Jayapura, Selasa (3/10/2017), Daniel bersama istri dan anaknya Puti
yang sedang sakit, juga seorang adik Puti, dijemput para aktivis peduli
kondisi kesehatan di Papua.
"Kami
langsung dibawa ke Rumah Sakit Dian Harapan, supaya Puti mendapat perawatan.
Bisul di pipi Puti sudah sebulan, awalnya, hanya bintik merah kecil, yang
muncul usai kami pulang mencari ulat sagu di kebun," katanya.
Ia
mengira bintik merah itu, akan sembuh dalam dua atau tiga hari. Namun bintik
merah di pipi kiri Puti semakin membesar, dan bernanah. Ketika ia memeriksa
kondisi anaknya, pipi bagian dalam Puti sudah luka.
"Mamanya
kemudian memecahkan bisul di pipi Puti, nanah keluar, dan ternyata pipinya
sudah lubang. Kalau Puti sudah sembuh, baru saya kembali ke kampung. Saya tidak
mau datang ke sini, tapi anak saya tidak sembuh," ucapnya.
Membawa
Puti berobat ke Jayapura merupakan pengalaman pertama Daniel meninggalkan
kampung kelahirannya. Selama ini ia tidak pernah bepergian keluar dari
Korowai.
Banyak
pengalaman ia dapatkan di ibu kota Provinsi Papua itu. Untuk pertama kalinya
Daniel Hatil dapat melihat langsung seperti apa bentuk kendaraan roda empat,
dan roda dua, juga bagaimana rasanya nasi.
"Di
kampung, setiap hari kami hanya makan pisang, sagu, ikan, buah merah, sayur
gedi, sayur genemo, dan lainnya. Ini baru pertama kalinya saya makan nasi.
Rasanya macam lain. Saya rindu makan pisang," katanya.
Sekretaris
Tim Peduli Kesehatan dan Pendidikan (TPKP) Rimba Papua, Soleman Itlay, salah
satu aktivis kesehatan yang mendampingi selama Puti berobat di Jayapura
mengatakan, ketika tiba di RS Dian Harapan, pihak rumah sakit menanyakan apakah
Puti menggunakan Kartu Papua Sehat (KPS) atau BPJS Kesehatan.
"Mereka
ini belum punya KPS atau BPJS. KPS yang selama ini dibanggakan, belum dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat Korowai. Namun karena kerja sama Dinas Kesehatan
Papua, Puti mendapat perawatan," ujar Soleman.
Biaya
pengobatan Puti ditanggung Dinas Kesehatan Papua dan para donatur. Ia berharap,
pihak rumah sakit memberikan perawatan maksimal kepada Puti.
"Di
beberapa daerah, teman-teman menggalang dana untuk membantu pengobatan
Puti," katanya.
Setelah
Puti mendapat penanganan awal lanjut Soleman, kini ia dalam masa perbaikan
gizi. "Dari keterangan dokter, perkembangan Puti akan dilihat kedepan
seperti apa, karena ada rencana untuk dioperasi," ujarnya.
Sumber
:Tabloid Jubi