Friday 20 October 2017

Demi kesembuhan anaknya, ayah ini berjalan kaki 10 jam


Daniel Hatil ketika menggendong anaknya Puti Hatil di area Rumah Sakit Dian Harapan, Waena, Kota Jayapura, tempat Puti mendapat perawatan medis - Jubi/Arjuna 

Jayapura - Perjalanan panjang selama 10 jam dari kampung Afimabul menuju Danowage, harus ditempuh salah satu warga di suku Korowai, Daniel Hatil.
Daniel mengatakan, perjalanan panjang itu ia tempuh sambil menggendong anak laki-lakinya, Puti Hatil, berusia tiga tahun, untuk berobat karena menderita bisul hingga pipi kirinya berlubang. 
Ia menempuh perjalanan selama berjam-jam, ke tempat klinik Mr. Trevor Christian Johnson di Danowage, supaya anaknya mendapat perawatan medis dari istri misionaris itu, lantaran tak ada tenaga medis di kampungnya. 
"Saya berangkat dari kampung jam tujuh pagi, dan tiba di Danowage jam lima sore. Setibanya di sana, semalam saya belum bicara dengan Mr. Trevor. Keesokan harinya, beliau menyuruh saya mengemasi barang bawaan saya, dan mengantar Puti berobat ke Jayapura," kata Daniel Hatil kepada Jubi, akhir pekan lalu.
Namun Daniel menolak berangkat ke Jayapura, lantaran ia sama sekali tak punya uang, dan tidak tahu daerah tujuannya. Daniel meminta anaknya diobati di klinik itu, supaya segera membawanya pulang ke Kampung Afimabul.
"Tapi Mr. Trevor mengatakan, luka di pipi Puti sudah parah, dan harus dibawa ke Jayapura untuk berobat. Tiga hari kemudian saya berangkat ke Jayapura menggunakan pesawat yang disiapkan Mr. Trevor. Beliau urus semuanya, saya tinggal berangkat," ujarnya. 
Setibanya di Jayapura, Selasa (3/10/2017), Daniel bersama istri dan anaknya Puti yang sedang sakit, juga seorang adik Puti, dijemput para aktivis peduli kondisi kesehatan di Papua.
"Kami langsung dibawa ke Rumah Sakit Dian Harapan, supaya Puti mendapat perawatan. Bisul di pipi Puti sudah sebulan, awalnya, hanya bintik merah kecil, yang muncul usai kami pulang mencari ulat sagu di kebun," katanya.
Ia mengira bintik merah itu, akan sembuh dalam dua atau tiga hari. Namun bintik merah di pipi kiri Puti semakin membesar, dan bernanah. Ketika ia memeriksa kondisi anaknya, pipi bagian dalam Puti sudah luka. 
"Mamanya kemudian memecahkan bisul di pipi Puti, nanah keluar, dan ternyata pipinya sudah lubang. Kalau Puti sudah sembuh, baru saya kembali ke kampung. Saya tidak mau datang ke sini, tapi anak saya tidak sembuh," ucapnya.
Membawa Puti berobat ke Jayapura merupakan pengalaman pertama Daniel meninggalkan kampung kelahirannya. Selama ini ia tidak pernah bepergian keluar dari Korowai. 
Banyak pengalaman ia dapatkan di ibu kota Provinsi Papua itu. Untuk pertama kalinya Daniel Hatil dapat melihat langsung seperti apa bentuk kendaraan roda empat, dan roda dua, juga bagaimana rasanya nasi.
"Di kampung, setiap hari kami hanya makan pisang, sagu, ikan, buah merah, sayur gedi, sayur genemo, dan lainnya. Ini baru pertama kalinya saya makan nasi. Rasanya macam lain. Saya rindu makan pisang," katanya.
Sekretaris Tim Peduli Kesehatan dan Pendidikan (TPKP) Rimba Papua, Soleman Itlay, salah satu aktivis kesehatan yang mendampingi selama Puti berobat di Jayapura mengatakan, ketika tiba di RS Dian Harapan, pihak rumah sakit menanyakan apakah Puti menggunakan Kartu Papua Sehat (KPS) atau BPJS Kesehatan.
"Mereka ini belum punya KPS atau BPJS. KPS yang selama ini dibanggakan, belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Korowai. Namun karena kerja sama Dinas Kesehatan Papua, Puti mendapat perawatan," ujar Soleman. 
Biaya pengobatan Puti ditanggung Dinas Kesehatan Papua dan para donatur. Ia berharap, pihak rumah sakit memberikan perawatan maksimal kepada Puti. 
"Di beberapa daerah, teman-teman menggalang dana untuk membantu pengobatan Puti," katanya.
Setelah Puti mendapat penanganan awal lanjut Soleman, kini ia dalam masa perbaikan gizi. "Dari keterangan dokter, perkembangan Puti akan dilihat kedepan seperti apa, karena ada rencana untuk dioperasi," ujarnya.
Sumber :Tabloid Jubi