Wednesday, 12 July 2017

Kematian Bayi dan Ibu Hamil di RSUD Wamena Meningkat Tiap Tahun

http://tabloidjubi.com/16/wp-content/uploads/2015/01/rs.jpg
Tampak RSUD Wamena (Elisa Sekenyap/SP)


WAMENA — dr.Felly G.Sahureka, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena mengungkapkan, data RSUD Wamena menunjukan kematian ibu hamil dan bayi baru lahir mengalami peningkatan sejak 2015 hingga 2016.
Dimana kata dr. Felly, tahun 2015 angka persalinan mencapai 1.888 orang dan tujuh orang meninggal. Di tahun 2016 sebanyak 2009 orang yang melakukan persalinan dan enam ibu hamil meninggal. Sedangkan bayi yang baru dilahirkan tahun 2016 dari 2009, hanya 293 bayi yang hidup.
“Sehingga ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya sesuai aturan dari trimester pertama, trimester kedua dan trimester ketiga, tetapi paling utama itu adalah penyuluhan kesehatan, bukan saja rumah sakit, karena yang preventifnya itu unit-unit layanan dasar, di Puskesmas dan Pustu-Pustu. Sehingga unit-unit layanan ini harus utamakan penyuluhan supaya masyarakat mengerti bagaimana menjaga kesehatan dan kemamilannya,” kata dr.Felly kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (15/6/2017).

Dr. Charles C. Ratulangi, Sp.Og, dokter spesialis kandungan di RSUD Wamena mengatakan, angka kematian ibu dalam persalinan tergolong tinggi di tahun kemarin, karena penyebab pendarahan, infeksi kehamilan dan masih kurangnya gizi ibu hamil.
Menurutnya, secara umum angka kematian ibu yang ada di Rumah Sakit mungkin sedikit berbeda dengan yang ada di Kabupaten Jayawijaya secara keseluruhan, walaupun secara nasional terlong paling tinggi adalah pendarahan.
“Kalau di Wamena kebanyakan pendarahan tetapi masih sedikit, yang paling banyak itu infeksi, dan hamil dengan kanker rectum atau anus, kalau pendarahan biasanya disebabkan karena memiliki banyak anak,” kata dr.Charles.
Katanya seperti, jika seorang ibu hamil melahirkan hingga lima kali, maka menjadi resiko tinggi dalam pendarahan saat melahirkan. Ada juga jarak kehamilan yang terlalu dekat dan ini sangat beresiko jika bayinya besar.
“Kebanyakan masyarakat datang dengan kadar darahnya rendah, dan terus pendarahan akhirnya semakin parah. Hanya saja kita disini ada bank darah, sehingga jika ada kasus seperti itu bisa langsung ditranfusi sehingga di rumah sakit tidak terlalu tinggi tapi kalau di luar ini yang menjadi masalah,” tuturnya.
“Yang mengakibatkan potensi kematian karena pas bersalin tensinya sudah mencapai 200. begitu tensinya tinggi efeknya bukan hanya pada kehamilan saja tetapi bisa juga ke yang lain seperti jantung dan ginjal.”

Pewarta : Elisa Sekenyap