Tampak RSUD Wamena (Elisa Sekenyap/SP)
WAMENA — dr.Felly
G.Sahureka, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena mengungkapkan, data
RSUD Wamena menunjukan kematian ibu hamil dan bayi baru lahir mengalami
peningkatan sejak 2015 hingga 2016.
Dimana kata dr. Felly, tahun
2015 angka persalinan mencapai 1.888 orang dan tujuh orang meninggal. Di tahun
2016 sebanyak 2009 orang yang melakukan persalinan dan enam ibu hamil meninggal.
Sedangkan bayi yang baru dilahirkan tahun 2016 dari 2009, hanya 293 bayi yang
hidup.
“Sehingga ibu hamil harus
memeriksakan kehamilannya sesuai aturan dari trimester pertama, trimester kedua
dan trimester ketiga, tetapi paling utama itu adalah penyuluhan kesehatan,
bukan saja rumah sakit, karena yang preventifnya itu unit-unit layanan dasar,
di Puskesmas dan Pustu-Pustu. Sehingga unit-unit layanan ini harus utamakan
penyuluhan supaya masyarakat mengerti bagaimana menjaga kesehatan dan kemamilannya,”
kata dr.Felly kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (15/6/2017).
Dr. Charles C. Ratulangi, Sp.Og, dokter spesialis
kandungan di RSUD Wamena mengatakan, angka kematian ibu dalam persalinan
tergolong tinggi di tahun kemarin, karena penyebab pendarahan, infeksi
kehamilan dan masih kurangnya gizi ibu hamil.
Menurutnya, secara umum angka kematian ibu yang ada di
Rumah Sakit mungkin sedikit berbeda dengan yang ada di Kabupaten Jayawijaya
secara keseluruhan, walaupun secara nasional terlong paling tinggi adalah
pendarahan.
“Kalau di Wamena kebanyakan pendarahan tetapi masih
sedikit, yang paling banyak itu infeksi, dan hamil dengan kanker rectum atau
anus, kalau pendarahan biasanya disebabkan karena memiliki banyak anak,” kata
dr.Charles.
Katanya seperti, jika seorang ibu hamil melahirkan
hingga lima kali, maka menjadi resiko tinggi dalam pendarahan saat melahirkan.
Ada juga jarak kehamilan yang terlalu dekat dan ini sangat beresiko jika
bayinya besar.
“Kebanyakan masyarakat datang dengan kadar darahnya
rendah, dan terus pendarahan akhirnya semakin parah. Hanya saja kita disini ada
bank darah, sehingga jika ada kasus seperti itu bisa langsung ditranfusi
sehingga di rumah sakit tidak terlalu tinggi tapi kalau di luar ini yang
menjadi masalah,” tuturnya.
“Yang mengakibatkan potensi kematian karena pas
bersalin tensinya sudah mencapai 200. begitu tensinya tinggi efeknya bukan
hanya pada kehamilan saja tetapi bisa juga ke yang lain seperti jantung dan
ginjal.”
Pewarta : Elisa Sekenyap