Friday 28 July 2017

Awas! Konsumsi Gula Berlebih Dapat Memicu Kanker




Jayapura – Berdasar penelitian terbaru dari beberapa ilmuan mengatakan, bahwa gula dapat memicu penyakit Kanker. Kanker tersebut lebih cenderung berada di paru-paru, kepala dan leher, kerongkongan dan leher rahim. Terkait dengan kandungan gula, jenis kanker yang sangat bergantung pada gula untuk pertumbuhannya adalah Karsinoma sel skuamosa (Squamous cell carcinoma-SqCC) yakni salah satu jenis kanker kulit non-melanoma atau tidak ganas.
Demikian peneliti dari Universitas Texas, di Dallas, Amerika Serikat. Peneliti utama, Dr. Jung-Whan Kim mengatakan, bentuk penyakit kanker kulit tersebut menggunakan kadar protein yang lebih tinggi, yang membawa glukosa ke sel untuk memungkinkan kanker berkembang biak.
“Telah diduga bahwa banyak sel kanker sangat bergantung pada gula sebagai pasokan energi mereka. Tapi ternyata, satu jenis spesifik yakni karsinoma sel skuamosa, sangat tergantung pada gula. Jenis kanker ini jelas karena penderita banyak mengonsumsi gula,” ujarnya, seperti dikutip dari laman Daily Mail, Sabtu (27/5/2017).
Temuan yang telah ditulis di Jurnal Nature Communications ini mengingatkan budaya “kecanduan gula” di kalangan masyarakat. Padahal, konsumsi gula yang berlebihan tidak hanya menjadi masalah yang dapat menyebabkan komplikasi seperti diabetes, tetapi dari penelitian ini membuktikan beberapa jenis kanker sangat bergantung pada gula untuk perkembangannya.
“Kami ingin tahu dari sudut pandang ilmiah, apakah kita bisa mempengaruhi perkembangan kanker dengan perubahan pola makan,” jelasnya.
Sementara itu, Cancer Research Inggris memperjelas bahwa sel kanker tidak hanya bergantung pada gula untuk pertumbuhannya, karena mereka juga bergantung pada asam amino dan lemak. Temuan baru muncul setelah peneliti melihat perbedaan antara dua subtipe utama kanker paru-paru sel kecil – adenokarsinoma (ADC) dan SqCC.
Sekitar seperempat dari semua kanker paru-paru adalah SqCC, yang telah sulit diobati dengan terapi yang ditargetkan. Studi ini pertama kali diketemukan dalam The Cancer Genome Atlas, yang memetakan informasi tentang 33 jenis kanker yang dikumpulkan dari lebih dari 11.000 pasien. Berdasarkan data tersebut, ditemukan protein yang bertanggung jawab untuk mengangkut glukosa ke dalam sel hadir pada tingkat yang jauh lebih tinggi pada SqCC paru daripada di paru-paru.
Protein, yang disebut transporter glukosa 1, atau GLUT1, mengambil glukosa ke dalam sel, di mana gula tersebut menyediakan sumber energi fundamental dan metabolisme sel bahan bakar. Karena tingkat GLUT1 yang tinggi terlibat dalam nafsu makan SqCC untuk gula, para peneliti memeriksa jaringan paru-paru manusia, mengisolasi sel kanker paru-paru dan hewan untuk menemukan bukti adanya kaitan tersebut.
“Kami melihat ini dari beberapa sudut eksperimental yang berbeda, dan secara konsisten, GLUT1 sangat aktif dalam subtipe kanker skuamosa. Adenokarsinoma jauh lebih sedikit bergantung pada gula. Studi kami adalah yang pertama menunjukkan secara sistematis bahwa metabolisme kedua subtipe ini memang berbeda dan unik,” Profesor Kim menambahkan.
Penelitian ini juga meneliti efek inhibitor GLUT1 pada sel kanker paru-paru terisolasi dan tikus dengan kedua jenis kanker paru non-sel kecil. Ketika tikus diberi inhibitor, pertumbuhan SqCC mereka melambat, tapi ini justru berlawanan dengan adenokarsinoma. Temuan menunjukkan bahwa GLUT1 bisa menjadi target potensial untuk terapi obat baru, terutama untuk SqCC. Studi ini juga menemukan tingkat GLUT1 jauh lebih tinggi pada empat jenis kanker sel skuamosa lainnya dari kepala dan leher, kerongkongan dan leher rahim.
Terkait hasil penelitian ini, Dr Justine Alford, petugas informasi ilmu pengetahuan senior Cancer Research Inggris, mengatakan penelitian di sel dan tikus ini tidak melihat hubungan antara gula dalam makanan dan risiko kanker. Sebaliknya, ini menunjukkan perbedaan yang menarik dalam cara dua jenis kanker paru-paru masuk dan menggunakan gula, yang menurut para periset dapat digunakan sebagai cara untuk mendiagnosis dan menargetkan penyakit di masa depan.
“Semua sel – baik yang menggunakan kanker maupun yang sehat – gunakan gula, jadi tidak perlu dikhawatirkan oleh penelitian ini,” ujarnya.
Sumber: PAPUANEWS.ID