Wednesday, 14 February 2018

Selamatkan Anak-Anak Suku Asmat Dari Gizi Buruk

Selamatkan Anak-Anak Suku Asmat Dari Gizi Buruk

ASMAT – Kecepatan distribusi, hal itu yang menjadi pertimbangan utama pemulihan Asmat pasca-Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk dan campak. Kolaborasi kemanusiaan diperlukan untuk mempercepat distribusi.
Apalagi ini bukan bicara satu – dua macam jumlah bantuan. Sabtu (10/2) dan Ahad (11/2) kemarin, dari Dermaga Pelabuhan Agats, dibongkar muat 100 ton bantuan beras, setara 4.000 karung. Sehari sebelumnya, Jumat (9/2) bantuan beras tiba setelah perjalanan dua hari dua malam dari Merauke. Seluruh bantuan beras dikapalkan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang merupakan amanah dari masyarakat Indonesia.
100 Ton Bantuan Beras Diserahkan ke Pemerintah Kabupaten Asmat

Kurang dari 5 bulan, 63 anak dan balita suku Asmat meninggal akibat wabah campak dan krisis gizi buruk yang melanda tanah Papua.
100 ton bantuan beras
Demi mempercepat urusan distribusi, Senin (12/2) pagi, proses serah terima bantuan beras digelar di dalam gudang dekat dengan Pelabuhan Agats.
Sejak pagi sekali, selepas apel hari Senin, Pemerintah Kabupaten diwakili oleh seluruh Kepala Dinas termasuk Kepala Dinas Sosial dan Wakil Bupati Asmat singgah sejenak di depan gudang. Jajaran dinas dipimpin Wakil Bupati Asmat melihat langsung seperti apa bantuan beras yang dikirimkan dari Merauke.
“Seluruh bantuan beras dari ACT dititipkan sementara di gudang Bulog Kabupaten Asmat. Kami sudah menyusun tim khusus untuk distribusikan seluruh bantuan, termasuk ribuan karung beras dari ACT ini,” ujar Amir Makhmud, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Asmat.
 
Prosesi serah terima berlangsung sederhana dan penuh kekeluargaan. Secara simbolis, Thomas E. Safanpo selaku Wakil Bupati menerima bantuan beras dari ACT yang diwakilkan oleh Syuhelmaidi Syukur, Senior Vice President ACT.
Serah terima beras juga dilakukan simbolis dari Ibnu Khajar, selaku Vice President ACT kepada Amir Makhmud, Kadinsos Kabupaten Asmat
 “Kami melihat ada kehangatan yang dibawa oleh jajaran Pemerintah Daerah (Pemda) Asmat. Mereka sangat membuka pintunya untuk lembaga kemanusiaan seperti ACT. Berkolaborasi di ranah kemanusiaan, untuk memulihkan Asmat di seluruh distrik-distriknya,” ungkap Syuhel.
Syuhel menambahkan, distribusi bantuan beras sudah diserahkan sepenuhnya kepada Pemda Asmat. “Pemda Asmat menyatakan siap melakukan distribusi sampai ke distrik-distrik paling membutuhkan. Dan bahkan secara khusus disampaikan, bantuan ini akan terdokumentasi dan tercatat dengan baik. Laporan akan dikirimkan oleh dinas-dinas terkait di Asmat,” ujarnya.
 Wakil Bupati Thomas pun menyatakan kesiapan jajarannya untuk mendistribusikan bantuan beras. “Pihak yang berkontribusi langsung untuk Asmat inilah yang saya kira adalah teman-teman terbaik yang bisa membantu kami menghadapi tantangan-tantangan di Asmat,” kata Thomas.
Kondisi geografis Asmat memang menjadi tantangan yang pelik untuk menembus titik-titik rawan gizi buruk, wabah campak, hingga malaria. Sungai meliuk-liuk menembus hutan. Perjalanan antar distrik terkadang harus ditempuh dengan rentang waktu 3-8 jam.
“Kondisi Asmat ini rumit. Akses transportasi terbatas. Jarak antara satu distrik dengan distrik lain kondisinya sangat berjauhan. Itu butuh moda transportasi yang mumpuni, apalagi untuk membawa ribuan karung beras amanah masyarakat Indonesia ini,” kata Syuhel.
 
Tentang teknis distribusi seluruh bantuan, Amir memaparkan, sepekan ke depan seluruh dinas terkait bakal bergerak bersamaan. “Instruksi Bupati sudah jelas. Setiap distrik di fase pemulihan ini akan ada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk menjangkau seluruh kampung. Total ada 224 kampung di 23 distrik di Asmat,” tutur Amir.
Untuk target distribusi beras, Amir mengatakan bakal tetap memprioritaskan keluarga dengan anak-anak terdampak gizi buruk dan campak.
“Kami pegang data-data keluarga mana saja yang terkena gizi buruk dan campak di seluruh kampung di Asmat. Kami juga akan bagikan beras-beras ini untuk keluarga miskin. Pekan depan Insya Allah kita gerakkan serentak,” pungkas Amir.
Kurang dari 5 bulan, 63 anak dan balita suku Asmat meninggal akibat wabah campak dan krisis gizi buruk yang melanda tanah Papua. “Hingga Januari, hampir 400 anak menjalani perawatan medis di RSUD Asmat. 175 anak mendapat penanganan khusus akibat kondisi yang sangat mengkhawatirkan.”-Ade Fadz, Relawan ACT.
Jumlah ini diperkirakan terus bertambah mengingat wabah terjadi di 224 kampung, kabupaten Asmat dan belum semua daerah terjangkau oleh tim medis RSUD Asmat.
Tersebarnya pemukiman warga serta kondisi geografis berupa rawa menjadi kendala. Akses menuju pemukiman warga hanya bisa ditempuh menggunakan perahu selama 2-3 jam perjalanan.
Wabah campak disertai gizi buruk telah terjadi sejak September lalu dan mayoritas penderitanya adalah balita dan anak-anak di Kabupaten Asmat.
Kemiskinan yang terjadi menyebabkan anak-anak kekurangan gizi. Tak bisa dibayangkan ratusan bahkan ribuan anak tumbuh tanpa asupan gizi yang cukup.
Belum lagi lingkungan tempat tinggal mereka yang kotor dan gaya hidup yang kurang bersih. Menjadi pemicu utama penyebaran wabah campak.
Pemerintah setempat sudah membuat tim medis untuk menyelamatkan nyawa anak-anak di Papua. Bantuan berupa pengobatan dan imunisasi serta pemberian vitamin A untuk mencegah penyebaran campak.
Namun, belum semua wilayah terjangkau mengingat medan menuju lokasi sangatlah sulit dan memakan waktu yang cukup lama.
Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) berinisiatif menggalang dana untuk mengirimkan bantuan gizi untuk balita dan anak-anak penderita campak di Papua.
Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memberi bantuan pangan sarat gizi dan kesehatan untuk memulihkan kondisi penderita campak dan gizi buruk, yang sebagian besar dari mereka adalah anak-anak.
Mari bantu selamatkan adik-adik kita di Papua dari ancaman krisis gizi buruk dan wabah campak yag sewaktu-waktu dapat merenggut nyawa mereka.

CARA BERDONASI
1. Klik "DONASI SEKARANG"
2. Transfer via rek Mandiri/BCA/BNI/BNI Syariah/BRI & Credit card
3. Dapatkan laporan via email