Sunday, 11 February 2018

Masturbasi Perempuan Bukan Sekadar Urusan Kenikmatan

Masturbasi Perempuan Bukan Sekadar Urusan Kenikmatan Ilustrasi Masturbasi Perempuan. Getty Images/iStockphoto             



Masturbasi perempuan masih dianggap tabu oleh sebagian orang kendati ada efek kesehatan positif yang ditimbulkannya. Pada September 2016 silam, @candrikasoewarno mengunggah gambar empat perempuan dengan bunga-bunga pada latar dan pada bagian organ seksual mereka di Instagram. Gambar yang diunggahnya ini merupakan salah satu karya ilustrasi yang masuk dalam fanzine komunitas seni Penahitam edisi Erotika. Dalam penjelasan di caption-nya, perempuan ini menulis, “…Gambar ini memang sangat kental dengan aura yang feminin, di mana 4 perempuan sedang bermasturbasi menikmati jari-jari mereka bereksplorasi di bagian intim masing-masing. Tidak hanya di vagina, tetapi juga titik sensitif seperti puting payudara.

Kalau laki-laki sangat biasa dihubungkan dengan onani, saya merasa perempuan sangat jarang dan tabu sekali bila bersuara tentang bagaimana mereka juga bisa menikmati tubuh mereka sendiri, sekaligus lebih mengenal dan mempelajari bagian tubuh sendiri. Di titik mana kenikmatan itu bisa dicapai. Yah, perbedaannya hanya bentuk alat vital dan cara menstimulasinya saja, orgasmenya? Pasti sama-sama nikmatnya..”

Gagasan dan ekspresi seni @candrikasoewarno bukanlah hal yang umum di negeri ini. Jangankan membicarakan soal masturbasi perempuan, pengangkatan wacana seksualitas dalam perbincangan kasual maupun formal pun masih terbelenggu anggapan tabu. Akibatnya, berbagai macam pengetahuan soal seksualitas tidak bisa atau tidak ingin diakses oleh orang-orang mulai dari usia remaja sampai lanjut usia. Salah satu alasan yang sering dipakai untuk menabukan masturbasi perempuan adalah hal ini bisa merusak keperawanan—yang direduksi sebatas utuh tidaknya selaput dara. Padahal, kegiatan masturbasi dan mendapatkan kenikmatan seksual bagi perempuan tak melulu soal mempenetrasi vagina.

Setiap perempuan memiliki titik-titik erotis yang berbeda-beda sehingga cara menstimulasi diri demi mendapatkan kenikmatan seksual pun bervariasi. Seperti yang diutarakan @candrikasoewarno, ada perempuan yang bisa mencapai orgasme lewat stimulasi payudara.

Lebih lanjut, Linda Rae Bennet, penulis Women, Islam and Modernity: Single Women, Sexuality and Reproductive Health in Contemporary Indonesia (2005) mengatakan perempuan-perempuan muda yang khawatir merusak keperawanannya masih dapat mencapai kenikmatan dan orgasme lewat stimulasi klitoris. Mengenal Tubuh dan Peduli Diri lewat Masturbasi
Informasi soal seksualitas perempuan dan masturbasi ini tak hanya ditemukan di kelas-kelas pendidikan seks, obrolan tertutup dengan teman, atau video-video porno saja. Tahun 2013, seorang web developer berbasis di New York, Tina Gong, membuat aplikasi web dan ponsel berisi panduan masturbasi perempuan, HappyPlaytime. Di samping itu, di dalam aplikasi yang berikon vulva pink bernama Happy ini, terdapat pula informasi soal anatomi dan fakta-fakta menarik soal masturbasi perempuan.  

Tina tak sekadar iseng membuat aplikasi ini. Pada bagian about di web Happyplaytime, terlihat niatnya untuk melawan stigma budaya yang membatasi akses stimulasi diri (masturbasi).

“Mencintai tubuhmu, dengan cara apa pun, bukanlah sebuah dosa. Tidak perlu lagi malu, tidak perlu lagi merahasiakannya. Vulva kecil ini [Happy] bermisi membebaskan dunia dari stigma sosial yang konyol,” demikian tertulis di sana.

Tina juga menambahkan bahwa kenyamanan terhadap kenikmatan seksual yang didapatkan sendiri merupakan syarat untuk menerima kenikmatan dari orang lain serta memberikan kenikmatan kepadanya. Mengenali anatomi dan mencari titik-titik kenikmatan seksual personal ini merupakan salah satu upaya peduli diri yang bisa dilakukan seseorang. Mengenai hal ini, Helen O’Grady, penulis buku Woman’s Relationship with Herself: Gender, Foucault, and Therapy (2005), menyatakan bahwa kurangnya perhatian pada diri sendiri bisa membuat perempuan rentan terhadap eksploitasi atau perlakuan kejam dari orang lain. Saat kepedulian kepada orang lain (pasangan) lebih diutamakan, pengetahuan soal hasrat, kebutuhan, nilai, selera, dan keyakinan diri perempuan bisa lenyap. Akibatnya, kesenangan atau kenikmatannya menjadi bergantung atau terus didefinisikan oleh pihak luar. Hal ini bisa membahayakan jika perlakuan orang lain yang ia anggap menyenangkan perempuan, ternyata malah membuat perempuan tersebut tidak nyaman.   
Tak Cuma untuk Perempuan Lajang
Tulisan O’Grady menyiratkan adanya relasi antara diri dan orang lain dalam konteks peduli diri. Saat menjalin relasi dengan orang lain bukan berarti pendefinisian dan pemenuhan kenikmatan oleh diri sendiri mesti serta merta distop.

Ada yang menganggap masturbasi tak perlu lagi dilakukan saat seseorang tak lagi berstatus lajang. Namun, beberapa narasumber yang diwawancarai Firliana Purwanti untuk bukunya, The 'O' Project (2010) menyatakan sebaliknya.

Uly Siregar mengatakan kepadanya, “Masturbasi menjadi pilihan banyak perempuan. Tak hanya para lajang, bahkan mereka yang punya pasangan seks tetap doyan masturbasi. Entah karena pasangan lagi absen, entah lagi sial punya pasangan yang malas memenuhi kebutuhan orgasme.”

Teman Firliana, seorang penari perut yang sudah berpasangan, berkomentar, “Masturbasi itu luar biasa. Aktivitas ini mengajarkan rangsangan seperti apa yang dibutuhkan oleh tubuh kita untuk mencapai orgasme. Untuk aku, ini penting ketika bersama pasangan. Aku jadi mengetahui apa yang harus dilakukan agar mencapai klimaks.”

Tahun 2017, Regnerus et.al. sempat membuat studi soal masturbasi yang dilakukan 7.648 laki-laki dan 8.090 perempuan AS usia 18-60 yang telah berpasangan. Salah satu temuannya, perempuan yang merasakan kepuasan seks lebih tinggi bersama pasangan ternyata lebih tinggi intensitas masturbasinya. Masturbasi perempuan berpasangan di sini bukan merupakan aktivitas seksual utama, melainkan hanya pelengkap.
Masturbasi Perempuan Bukan Sekadar Urusan Kenikmatan 

Manfaat Masturbasi bagi Kesehatan
Dari aspek kesehatan,  ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari masturbasi. Dilansir situs kesehatan WebMD, masturbasi bisa meningkatkan aliran darah dalam tubuh dan mengeluarkan senyawa kimia endorfin yang menciptakan mood bagus. Sekalipun seseorang belum mencapai orgasme saat masturbasi, tidak menutup kemungkinan mood bagus ini timbul, demikian disampaikan peneliti seksualitas dari UCLA, Nicole Prause, Ph.D.

Timbulnya mood bagus ini seiring pula dengan reduksi stres. Dr. Lauren Streicher, associate professor bidang obstetri dan ginekologi di Northwestern University mengatakan kepada Huffington Post bahwa stimulasi diri merupakan salah satu upaya yang mujarab meruntuhkan stres.

Bagi perempuan yang sudah menopause, masturbasi juga bisa memperbaiki kualitas seksnya. Judi Chervenak, ginekolog di Montefiore Medical Center, New York, menyatakan, “Vagina bisa menyempit sehingga hubungan seks menjadi menyakitkan. Lewat masturbasi, khususnya dengan menggunakan pelumas berbahan dasar air, penyempitan vagina ini bisa dicegah…masalah jaringan dan kelembaban [vagina] bisa teratasi, dan gairah seks bisa bertambah.”

Dalam studi yang dimuat di jurnal Sexual and Relationship Therapy (2007) juga dinyatakan, masturbasi bisa mengurangi rasa sakit saat menstruasi atau dysmenhorroea. Orgasme yang mungkin terjadi akibat masturbasi bisa menurunkan kemungkinan kram pada bagian panggul serta sakit punggung ketika perempuan menstruasi. Menurut sebuah survei terhadap 1900 perempuan AS, 9 persen menyatakan melakukan masturbasi untuk menghilangkan rasa sakit saat menstruasi.

Sementara dalam situs Women’s Health Network dinyatakan, masturbasi perempuan bisa mencegah infeksi serviks dan saluran kencing. Cairan yang keluar saat perempuan orgasme dianggap mampu meluruhkan bakteri-bakteri yang menempel di serviks.

Masturbasi memang membawa beberapa keuntungan bagi perempuan. Namun, intensitas melakukan aktivitas seksual ini juga mesti dikontrol.

Lebih memilih masturbasi dibanding relasi intim bisa membuat seseorang terisolasi atau menimbulkan perilaku kompulsif alias kecanduan. Hal itu disampaikan Alexandra Katehakis, penggagas dan direktur klinis di Center for Healthy Sex, Los Angeles, di PsychCentral. Menurutnya, candu masturbasi bisa menimbulkan akibat yang tak jauh berbeda dengan candu obat-obatan atau alkohol.

Sumber : tirto.id