Sunday, 7 January 2018

PBB: Perubahan Iklim Turut Sebarkan Penyakit Mematikan

PBB: Perubahan Iklim Turut Sebarkan Penyakit Mematikan

Model berpose di salah satu booth dalam pameran indonesia climate change di jakarta convention center, jakarta, kamis (14/4). antara foto/sigid kurniawan.

Perubahan iklim turut sebarkan aflotoxin, salah satu bahan kimia penyebab kanker
UNEP menyatakan, pembangunan berbasiskan pertumbuhan ekonomi mulai membunuh banyak orang
UNEP memperingatkan bahwa perubahan iklim turut memicu masifnya penyebaran penyakit mematikan ke seluruh penjuru dunia. Fenomena ini telah menyebabkan kematian jutaan orang di berbagai belahan dunia. Perubahan iklim, yang dipicu oleh pembangunan berbasis pertumbuhan ekonomi, membutuhkan strategi yang tepat untuk membendungnya.
Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa perubahan iklim telah meningkatkan penyebaran sianida pada bahan makanan sehingga menyebabkan kematian jutaan manusia di seluruh dunia. Salah satu jenis sianida yang tersebar akibat perubahan iklim adalah aflotoxin.

"Ada masalah racun bagi kesehatan manusia yang disebabkan oleh aflotoxin yang mempengaruhi makanan manusia. Jagung menanggapi kemarau dan banjir kadangkala akibat kandungan yang lembab di tempat penyimpanan. Ini menyebabkan aflotoxin. Masalahnya ialah apa yang kita kerjakan untuk menghadapi aspek perubahan iklim ini," kata Jacqueline McGlade, Kepala Ilmuwan UNEP, di Nairobi, Kenya, pada Senin, (23/05/2016).

Aflotoxin adalah bahan kimia beracun yang menyebabkan kanker dan diproduksi oleh bahan tertentu (Aspergillus flavus and Aspergillus parasiticus) yang tumbuh di tanah, gandum, jerami, dan sayuran busuk.

Laporan terbaru UNEP yang disampaikan di depan Sidang Umum Lingkungan Hidup PBB (UNEA) di Nairobi menyatakan, sedikitnya 12,6 juta jiwa meninggal pada 2012 akibat lingkungan hidup yang tidak sehat, demikian laporan Xinhua —yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi, (24/05/2016). Korban paling banyak, menurut laporan tersebut, berasal dari kelompok usia anak-anak dan orang tua.

Braulio Diaz, Sekretaris Pelaksana Konvensi mengenai Keragaman Hayati (CBD) mengatakan, efek perubahan iklim telah meningkatkan resiko penyebaran penyakit yang disebabkan oleh patogen dan parasit di seluruh dunia.

"Pertanian akan terpengaruh di seluruh dunia. Kita juga kehilangan dasar genetika produksi makanan kita, yang akan membuat jadi tidak mungkin buat kita untuk menanggapi kerawanan pangan. Ini ditambah parah oleh kemerosotan ekosistem dan ekosistem kesehatan —yang penting buat kami," kata Diaz.

Dalam pertemuan UNEP di Nairobi, tempat 130 menteri lingkungan hidup menjadi bagian dari 2.500 peserta yang hadir untuk membahas aturan-aturan untuk meminimalisasi resiko lingkungan hidup, Direktur Pelaksana UNEP Achim Steiner mengatakan, terdapat kebutuhan mendesak guna menangani perubahan iklim secara efektif.

"Penekanan kami pada pertumbuhan ekonomi kami dengan nama pembangunan mulai membunuh banyak orang. Jika anda mengetahui sesuatu membunuh seseorang dan anda terus melakukannya, maka itu adalah perbuatan sengaja," kata Steiner.

Pertemuan UNEP tersebut, yang menekankan pada cara menangani perubahan iklim secara efektif, telah memunculkan keprihatinan mengenai resiko penyebaran penyakit secara global dengan kecepatan yang jauh meningkat.

Pertemuan UNEP membahas tanggapan bagi perubahan iklim dan berbagai faktor yang mengakibatkan kematian pradini di tengah laporan baru yang mengaitkan 8,2 juta kematian di seluruh dunia dengan penyakit yang tidak menular. (ANT) 

Sumber : tirto.id