Sunday 26 November 2017

Pengobatan TB terkendala kepatuhan pasien minum obat


Puskesmas Dosay di distrik Sentani Barat kabupaten Jayapura - Jubi/Yance Wenda

Sentani - Kepala puskesmas Dosay distrik Sentani Barat kabupaten Jayapura, dr. Indah Lisdiyanti, mengatakan penderita penyakit tuberculosis (TB) di wilayah kerjanya masih cukup tinggi karena masih banyak warga yang menganggap enteng penyakit ini.
“Pasien TB terbilang cukup banyak.Tapi pasien yang berobat juga tidak berjalan baik. Pengobatan jalan, tapi mengkonsumsi miras juga jalan terus. Akibatnya pengobatan tidak efektif. Setiap mau konsumsi obat muntah-muntah. Akhirnya obatnya berhenti,” kata Indah Lisdiyanti, saat ditemui Jubi di ruang kerjanya, Rabu (15/11/2017).
Meski tidak bisa menyebutkan angka pasti, Indah mengatakan penderita TB di Dosay tahun 2017 ini lebih banyak dibanding tahun 2016.
”Semakin banyak kami temukan pasien TB, semakin banyak mata rantai yang harus diputus. Penderita TB harus kami jaring. Jika tidak dilakukan pengawasan dan pengobatan dengan baik, akan mudah menular ke warga lainnya,” ucapnya.
Ia menjelaskan dengan semakin banyak penderita TB yang minum obat secara teratur, akan semakin berkurang penderita TB di distrik Sentani Barat.
“Kalau tidak minum obat dengan baik, akan lebih mudah menular ke orang lain. Penularan TB kan bisa lewat udara, selain lewat percikan dahak saat batuk,” jelas Indah.
Penularan TB bisa terjadi dimana pasien yang positif TB dan tinggal satu rumah dengan keluarganya. Jika tidak melakukan pengobatan secara rutin, penyakit itu bisa menularkan ke anggota keluarganya yang tinggal serumah tersebut.
“Penularan pada anak lebih banyak dikarenakan orang tuanya positif TB. Anak dari orang tua penderita TB akan lebih berpeluang tertular. Jika dalam satu rumah terdapat penderita TB, pihak puskesmas akan melakukan kontak untuk melakukan pemeriksaan paru–paru dan kelenjar getah bening dengan sistem skorning,” kata Indah.
Indah juga menjelaskan untuk sembuh dari penyakit TB, pasien harus minum obat selama enam bulan, agar benar-benar pulih. Jika tidak berobat dengan teratur, pasien akan mengalami resisten obat.
“Nanti kalau dia mau datang berobat lagi, sudah tidak mempan diobati dengan obat sebelumnya. Sekarang yang kita gunakan itu FBC. Jadi pasien harus rajin minum obat. Kalau jadwal minum obat dan pasien tidak datang, kami yang kunjungi ke rumahnya,” kata Indah.
‘’TB bukan penyakit biasa. Harus ada penanganan khusus untuk pengobatannya. Namun hal ini sering diaggap hal biasa oleh masyarakat. Baru-baru ini ada satu pasien meninggal karena TB,” kata Setioningsih, penanggung-jawab TB/Kusta di puskesmas Dosay. (*)
Tabloid Jubi