Puskesmas Dosay di distrik Sentani Barat kabupaten Jayapura - Jubi/Yance Wenda
Sentani -
Kepala puskesmas Dosay distrik Sentani Barat kabupaten Jayapura, dr. Indah
Lisdiyanti, mengatakan penderita penyakit tuberculosis (TB) di wilayah kerjanya
masih cukup tinggi karena masih banyak warga yang menganggap enteng penyakit
ini.
“Pasien TB terbilang cukup banyak.Tapi pasien
yang berobat juga tidak berjalan baik. Pengobatan jalan, tapi mengkonsumsi
miras juga jalan terus. Akibatnya pengobatan tidak efektif. Setiap mau konsumsi
obat muntah-muntah. Akhirnya obatnya berhenti,” kata Indah Lisdiyanti, saat
ditemui Jubi di ruang kerjanya, Rabu (15/11/2017).
Meski tidak bisa menyebutkan angka pasti,
Indah mengatakan penderita TB di Dosay tahun 2017 ini lebih banyak dibanding
tahun 2016.
”Semakin banyak kami temukan pasien TB,
semakin banyak mata rantai yang harus diputus. Penderita TB harus kami jaring.
Jika tidak dilakukan pengawasan dan pengobatan dengan baik, akan mudah menular
ke warga lainnya,” ucapnya.
Ia menjelaskan dengan semakin banyak penderita
TB yang minum obat secara teratur, akan semakin berkurang penderita TB di
distrik Sentani Barat.
“Kalau tidak minum obat dengan baik, akan
lebih mudah menular ke orang lain. Penularan TB kan bisa lewat udara, selain
lewat percikan dahak saat batuk,” jelas Indah.
Penularan TB bisa terjadi dimana pasien yang
positif TB dan tinggal satu rumah dengan keluarganya. Jika tidak melakukan
pengobatan secara rutin, penyakit itu bisa menularkan ke anggota keluarganya
yang tinggal serumah tersebut.
“Penularan pada anak lebih banyak dikarenakan
orang tuanya positif TB. Anak dari orang tua penderita TB akan lebih berpeluang
tertular. Jika dalam satu rumah terdapat penderita TB, pihak puskesmas akan
melakukan kontak untuk melakukan pemeriksaan paru–paru dan kelenjar getah
bening dengan sistem skorning,” kata Indah.
Indah juga menjelaskan untuk sembuh dari
penyakit TB, pasien harus minum obat selama enam bulan, agar benar-benar pulih.
Jika tidak berobat dengan teratur, pasien akan mengalami resisten obat.
“Nanti kalau dia mau datang berobat lagi,
sudah tidak mempan diobati dengan obat sebelumnya. Sekarang yang kita gunakan
itu FBC. Jadi pasien harus rajin minum obat. Kalau jadwal minum obat dan pasien
tidak datang, kami yang kunjungi ke rumahnya,” kata Indah.
‘’TB bukan penyakit biasa. Harus ada
penanganan khusus untuk pengobatannya. Namun hal ini sering diaggap hal biasa
oleh masyarakat. Baru-baru ini ada satu pasien meninggal karena TB,” kata
Setioningsih, penanggung-jawab TB/Kusta di puskesmas Dosay. (*)
Tabloid Jubi