Anak-anak Papua. (Credit: kanalsatu)
Bulan Oktober 2015 silam provinsi Papua dikejutkan dengan penyakit misterius yang menyerang masyarakat yang berada di Kabupaten Nduga, Papua, khususnya para balita dan menelan puluhan korban jiwa hanya dalam kurun waktu tidak lebih dari 2 minggu.
Kasus yang menimpa para balita tak berdosa tersebut tidak mendapatkan respon yang cepat dan malah baru diketahui via ‘Media’ seperti yang dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Papua, Aloysius Giay.
Setelah mendapatkan laporan tersebut via Media, seluruh jajaran Dinas Kesehatan Papua yang pada saat itu tengah sibuk mempersiapkan kantor ‘Super Mewah’ mereka mulai melakukan pergerakan dengan mengirimkan tim khusus menuju kabupaten Nduga.
Penyakit misterius tersebut pun akhirnya terungkap dengan nama Pertusis dengan gejala yang sebabkan antara lain batuk, mata merah, bersin, demam, batuk yang ringan dan menimbulkan kejang-kejang hingga berujung kepada kematian.
Di daerah Mbua (salah satu daerah yang terjangkit penyakit Pertusis) dilaporkan masih terdapat balita yang terus menjadi korban dari penyakit tersebut.
“Beberapa hari lalu ada satu bayi yang meninggal dan dibakar oleh keluarganya. Kematian bali di Mbua masih terus berlanjut hingga sekarang” kata Ahmad, salah satu Staff Dinas Kesehatan Papua yang berada di Mbua seperti diberitakan via Antara.
Menurut Ahmad, keterbatasan tenaga kesehatan dan fasilitas pendukung menjadi kendala utama untuk penuntasan penyakit pertusis yang masih menghantui masyarakat setempat.
“Di Puskesmas Mbua hanya ada satu perawat dan dua bidan eks misi” katanya.
Saat dikonfirmasi terkait kebenaran berita diatas, Kepala Dinas Kesehatan Papua, Aloysius Giay mengatakan bahwa pihaknya meminta maaf jika kasus tersebut merupakan sebuah kegagalan bagi jajaran yang dipimpinnya tersebut.
“Kalau kejadian ini terjadi akibat kegagalan jajaran kesehatan, kami mohon maaf” katanya.
Laporan terkini menyebutkan bahwa terdapat total 70 korban jiwa yang meninggal akibat penyakit Pertusis tersebut dalam kurun periode Oktober 2015 hingga awal 2016.
Hingga berita ini diturunkan, jajaran Dinas Kesehatan Papua tengah sibuk mempersiapkan acara peluncuran buku disaat pelayanan RSUD Yowari yang berada di Sentani memiliki citra pelayanan yang buruk dan sangat memprihatinkan.