JAYAPURA – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) meragukan adanya pengobatan tradisional untuk menyembuhkan pasien ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Menurut KPA, hingga saat ini belum ada obat yang mampu membunuh virus HIV.
“Sebenarnya belum ada obatnya,” kata Agus Fausi, dari KPA Provinsi Papua kepada wartawan di Jayapura, Papua, Rabu (26/06/2013) sore.
Menurut dia, banyak pasien ODHA yang ‘lari’ ke pengobatan alternatif tetapi akhirnya tidak tertolong nyawanya. Karena itu, beliau menyarankan kepada para penderita penyakit ini agar mengetes secara medis bila ingin mengetahui kondisinya bila diduga atau positif menderita ODHA.
Selasa (25/06/2013), dalam konferensi pers di Abepura, Kota Jayapura, Papua, salah satu anggota tim Pengobatan Alternatif Versi Boven Digoel Bagi Penyembuhan HIV/AIDS, Yulianus Mikan mengatakan, hingga kini, ratusan pasien ODHA di Papua disembuhkan oleh pihaknya berkat pengobatan dengan meminum rebusan daun Ara (Ficus Carica).
Menurut Yulianus, sedikitnya 559 pasien sudah dilayani. Namun, 20 orang di antaranya meninggal. Pasalnya, daun ara yang sudah direbus, diminum secara rutin hingga ada perubahan pada diri pasien. “Direbus hingga mendidih dan jika dingin langsung diminum,” kata Yulianus kepada wartawan Selasa siang.
Menurut dia, pihaknya sudah menemui dan memberikan proposal kepada pemerintah provinsi Papua terkait praktik tersebut, tetapi belum ada respons hingga kini.
Yulianus mengaku, obat ramuan pihaknya tidak ditemukan di toko-toko obat (apotek). Mereka menjual seharga kira-kira Rp 10 juta per botol, tetapi tidak dipungut biaya jika pasien tidak memiliki uang sebanyak itu.
Koordinator Program Officer KPA Kabupaten Merauke, Stif ketika dikonfirmasi media ini per telpon seluler Rabu sore meminta pihak yang mengaku Tim Pengobatan Alternatif Ala Boven Digoel tersebut untuk menghadirkan para penderita yang sudah disembuhkan, berdasarkan hasil tes medis.
Dia mengaku, pihaknya menemukan praktik serupa beberapa tahun lalu di Boven Digoel. Alhasil, pasien ODHA yang mengaku disembuhkan karena meminum ramuan tradisional itu tak terbukti secara medis.
“Secara medis, di dunia belum ditemukan faksin yang membunuh virus tersebut. Seharusnya kalau menemukan obat tradisional untuk menolong banyak orang, dikonfirmasi ke pihak KPA atau dinas kesehatan,” kata Stif. [TabloidJubi| BuahTinFig]