Friday 28 July 2017

Waspada Penyakit Kencing Tikus Mulai Merambah Papua




Jayapura – Penyakit kencing tikus atau yang disebut Leptospirosis dalam bahasa medis kini mulai menjadi perhatian di  Papua. pasalnya, telah terjadi beberapa kasus yang menyerang warga Papua dalam beberapa minggu terakhir.
Dalam rilis kesehatan yang diterima media ini, penyakit kencing tikus atau Leptospirosis awalnya disebabkan oleh banjir yang membawa kotoran dan juga kencing tikus yang akan menyerang sistem pertahanan tubuh manusia bahkan mampu menyebabkan kematian jika tidak langsung dicegah.
“Gejala-gejala leptospirosis ini awalnya menyerupai gejala flu, yaitu demam tinggi, sakit kepala, menggigil, nyeri,” kata Dr Latre Buntaran SpMK, dokter spesialis mikrobiologi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Setelah itu, beberapa gejala seperti muntah, sakit kuning, nyeri perut, diare dan ruam dapat terjadi pada diri korban selama kurang lebih satu minggu.
jika tidak diobati, infeksi dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hati, meningitis, gangguan pernapasan hingga kematian.
Leptospirosis juga dikenal sebagai demam canicola, demam ladang tebu, dan demam 7-hari. Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil sehingga disebut juga sebagai penyakit atau sindrom Weil.
Kuman leptospira dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Bahkan leptospira juga bisa bertahan di tanah yang lembap, tanaman, maupun lumpur dalam waktu lama.
Kuman leptospira ini dapat ‘berenang’ di air sehingga bisa menginfeksi kaki manusia yang sedang terluka. Leptospira juga bisa menginfeksi seseorang melalui makanan atau minuman. Umumnya laporan orang yang terkena leptospirosis terjadi setelah banjir.
Leptospira juga bisa memapar mereka yang banyak bersentuhan dengan binatang seperti
peternak, petani, dan dokter hewan. Petugas pembersih selokan juga memiliki risiko terpapar leptospitosis.
Selain tikus, hewan yang berpotensi menularkan penyakit ini adalah kucing, kuda, kelelawar, babi, kambing, domba, dan tupai.
Di Papua sendiri potensi terjadinya kontak dan penyebaran kuman ini sangat rentan terjadi, aliran sungai, saluran irigasi dan banjir yang kerap terjadi di berbagai titik di Papua menjadi media yang sangat memungkinkan untuk penyebaran penyakit ini.
Sumber: PAPUANEWS.ID