Tuesday, 11 July 2017

Dinkes: Papua Butuh 36.000 Tenaga Kesehatan

http://www.papualives.com/wp-content/uploads/2016/02/IMG_0167-655x360.jpg

Kadinkes Papua drg Aloysius Giyai M Kes (Foto: Antara Papua/Musa Abubar)

Jayapura (Antara Papua) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Aloysius Giyai menyatakan Papua masih membutuhkan sekitar 36.000 tenaga kesehatan untuk ditempatkan di daerah terpencil di provinsi tersebut.

"Tenaga kesehatan yang sudah ada di Papua sekitar 12.000 orang, namun masih kurang 36.000 tenaga kesehatan lagi yang masih dibutuhkan," kata Aloysius di Jayapura, Jumat.

Menurut dia, 36.000 tenaga kesehatan yang dibutuhkan itu terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi hingga tenaga perawat, bidan, analis dan tenaga kesehatan lainnya.

"Memang faktual banyak daerah di Papua ini yang belum terjamah pelayanan kesehatan yakni yang di balik-balik gunung, di kepulauan, di pesisir pantai, di sekitar sungai, apakah kita harus biarkan mereka terus terpuruk kondisi kesehatannya, tentunya tidak," ujarnya.

Menurut dia, mereka yang hingga kini pelayanan kesehatannya belum terjamah kesehatan harus disentuh, untuk itu perlu penambahan tenaga kesehatan dalam jumlah banyak agar seluruh daerah terpencil terjamah.

"Paling tidak tenaga kesehatan yang ditempatkan tidak hanya menunggu pasien di tempat tugas yakni di puskesmas atau di rumah sakit, akan tetapi harus melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga, paling tidak dalam satu minggu, dua kali lah dikunjungi," ujarnya.

"Saya sudah banyak kali mengunjungi daerah-daerah terpencil di pedalaman Papua dan kadang saya berpikir bagimana air bersih yang dikonsumsi masyarakat dan bagimana sanitasinya," ujarnya lagi.

Aloysius menduga, karena keterbatasan tenaga kesehatan kemudian dengan kondisi kesehatan yang terpuruk, ketika mereka sakit tidak bisa tertolong dan dibiarkan.

"Saya percaya kalau tenaga kesehatan yang cukup disertai fasilitas kesehatan yang memadai, maka seluruh warga yang berdomisili di pedalaman Papua akan terjamah pelayanan kesehatan," tambah dia. (*)
Editor: Anwar Maga