×

Saturday, 17 February 2018

Dari Sagu ke Papeda

Maluku feast. Papeda papaya flower salad and fish Phoyo By Laura Jacobsen
Maluku feast. Papeda papaya flower salad and fish Phoyo By Laura Jacobsen


PAPEDA – Apa yang terlintas di pikiran kamu ketika mendengar kata Papeda? Ingat kawan asal Papua dan Maluku? Atau mungkin kamu sama sekali tidak tahu apa itu papeda? Bagi yang berasal dari Papua dan Maluku tentu pasti terbayang kuah kuning lapis ikan.
Papeda dari mana?
Papeda merupakan makanan khas dari Papua dan Maluku. Papeda bahan dasarnya adalah pohon sagu yang kemudian diolah menjadi bentuk tepung basah. Tepung sagu dibuat dengan cara menokok batang sagu. Pohon yang bagus untuk dibuat sagu adalah pohon yang berumur antara 5 tahun keatas bahkan hingga belasan tahun.
Untuk memperoleh tepung sagu bukanlah suatu hal yang mudah, untuk itu diperlukan waktu dan tenaga ekstra dan juga memerlukan alat yang khusus pula. Proses awalnya dimulai dengan pemilihan pohon sagu yang usianya sudah cukup siap untuk dipanen.
Tokok Sagu
Dalam proses menokok sagu, pohon sagu yang telah ditebang kemudian dikupas kulitnya sampai terlihat serat yang didalamnya mengandung pati sagu. Serat atau empulur (bagian terdalam dari batang tumbuhan berpembuluh) tersebut kemudian diambil untuk kemudian diproses hingga menghasilkan tepung sagu. Untuk mengambil empulur biasanya dilakukan dengan memangkur atau dalam bahasa sehari-hari disebut menokok agar memisahkan empulur tersebut dari dalam batang pohon sagu. Pada saat proses pengambilan empulur dilakukan bersamaan dengan itu dibuatkan tempat peremasan untuk menaruh empulur.

menokok sagu
menokok sagu

Serat atau empulur yang telah diambil dari batang pohon sagu kemudian dimasukkan kedalam tempat peremasan dan diaduk dengan air sehingga terjadi pemisahan antara pati sagu dengan empulur tersebut. Pati sagu yang terpisah akan terbawa oleh air kedalam wadah yang telah disediakan dan dibiarkan hingga mengendap. Hasil endapan pati sagu yang terdapat didalam wadah itulah yang kemdudian diambil menjadi tepung sagu yang siap diolah menjadi makanan pokok masyarakat di Papua maupun Maluku.
Kebersamaan
Proses tokok sagu ini adalah wujud dari tradisi kebersamaan dalam keluaga. Sebab dalam proses pemanenan tanaman sagu ini biasanya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki lebih kepada pekerjaan penebangan dan pengambilan empulur.
Sedangkan perempuan lebih kepada pekerjaan peremasan untuk mendapatkan pati sagu. Untuk melakukan pekerjaan pemanenan sagu biasanya dikerjakan paling kurang satu minggu atau lebih untuk menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan tersebut.
Bagaimana Papeda di sajikan?
Papeda biasanya disajikan bersamaan dengan ikan dan kuah kuning ditambah dengan bunga pepaya. Dalam proses pengolahan kuah kuningnya bisa diserahkan ke ahlinya. Jika sudah jadi berikut ini tampilannya.

Papeda siap santap
Papeda siap santap


Udang Selingkuh Dari Lembah Baliem

Udang Selingkuh Dari Lembah Baliem Wamena Papua
Udang Selingkuh?? Nama yang unik bukan?, Wah, apa rasanya? Tentu saja ini bukan soal ‘selingkuh’ tapi kuliner khas dari Lembah Baliem, Wamena, Papua.

Sebutan kuliner khas Wamena, Papua ini didapat dari bentuk udang. Hewan yang bernama latin cherax albertisii ini bertubuh udang dengan capit besar mirip kepiting. Tak heran jika yang melihatnya mengira hewan ini merupakan hasil perselingkuhan antara udang dan kepiting.

Udang Selingkuh kuliner khas Wamena yang siap santap. (Ist)
Udang Selingkuh kuliner khas Wamena yang siap santap. (Ist)

Sesungguhnya, udang selingkuh adalah jenis udang karang atau crayfish. Hewan ini berwarna kebiruan, setelah diolah barulah menghasilkan warna oranye layaknya udang atau lobster lain.
Udang selingkuh sangat populer di kawasan Wamena. Tekstur dagingnya mirip lobster, padat dan berserat. Pun demikian dagingnya lembut, sengan sedikit rasa manis. Seluruh bagian udang bisa dimakan kecuali kepala. Jika udang pada umumnya hanya bisa dinikmati tubuhnya, udang selingkuh masih menyimpan kenikmatan dalam capitnya yang berukuran ekstra.
Udang ini biasanya diolah dengan berbagai teknik. Direbus, digoreng, juga disajikan dengan olahan bumbu saus tiram, saus mentega, juga saus padang. Sebagai teman bersantap biasanya tersedia sayur bunga pepaya atau sayur kangkung.
Biasanya masyarakat lokal mencari udang selingkuh di Sungai Baliem. Masyarakat di wamena biasanya memancing dan menjaring langsung udang ini di sungai dan danau. Ada pula yang berternak, tapi biasanya rasa udang berubah jika sudahbditernak. Kini, banyak pula yang lebih mudah menemukannya di beberapa danau di sekitar Wamena. Misalnya Danau Paniai, Danau Tigi, dan Danau Tage.
Banyak restoran yang menawarkan menu udang selingkuh. Di antaranya adalah Rumah Makan Blambangan di Jalan Trikora nomor 99 Wamena. Pemiliknya asli orang Jawa yang sudah puluhan tahun menetap di Wamena. Seporsi udang selingkuh di sini dibanderolRp100 sampai Rp300 ribu. Seporsi berisi lima sampai enam udang berukuran besar. Selain itu, Restoran Hotel Baliem Pilamo dan Rumah Makan Nusantara di Wamena juga menyajikan menu ini.
Di Lembah Baliem, kamu juga bisa menemukan masyarakat lokal yang sengaja berburu udang di sungai. Kamu bisa membelinya langsung dari mereka, atau di pasar. Di kota ini ada kebiasaan unik, jika enggan atau kerepotan memasak udang di dapur sendiri, bawa saja ke rumah makan untuk dimasak. Kamu tinggal membayar ongkos kerja para koki, dan bumbu serta nasi putih.
Udang dikenal berkalori tinggi, namun udang selingkuh memiliki kandungan kalori yang rendah. Hanya sekitar 106 kalori per 100 gram. Berbeda dengan udang air asin, udang ini juga mengandung kalsium dan protein tinggi.
Bisa jadi ini juga mendukung kesehatan masyarakat Papua yang merupakan satu-satunya provinsi dengan angka kejadian hipertensi rendah.
________________
Editor: Maria Virgo



Pakar Kanker Hati di Australia Ini Berasal Dari Timor Timur


Pakar Kanker Hati di Australia Ini Berasal Dari Timor Timur
Dr Angeline Lay beruntung dapat lulus dari sekolah. Sekarang, dia adalah peneliti kanker hati terkemuka di Centenary Institute.
ABC: Mary Lloyd


Di sebuah laboratorium sederhana di Sydney, New South Wales (NSW) seorang ilmuwan menyoroti sirosis dan kanker hati - kanker yang membunuh orang Australia pada tingkat pertumbuhan tercepat.
Dr Angelina Lay adalah seorang ilmuwan terkenal yang bangga bahwa dia dapat membantu perawatan lanjutan untuk penyakit hati, namun realitasnya bahwa dia berhasil lulus sekolah saja sudah merupakan satu keajaiban.
Dr Angelina Lay baru bersekolah ketika umur 12 tahun, dan dia dua kali bergabung dengan sekolah yang mengajar dalam sebuah bahasa yang hampir tidak dia mengerti.
Sekolah dikepung
Dr Lay lahir di Timor Timur pada awal tahun 1970-an beberapa tahun sebelum Indonesia menyerang dan menjadikan bagian salah satu provinsinya
Angelina sebagai anak sekolah 
Angelina pertama kali mengenakan seragam sekolah pada usia 12, enam tahun lebih lama dari kebanyakan anak-anak.
Supplied

Sekolah-sekolah ditutup saat terjadi kekacauan dan saat dibuka kembali, orang tua Dr Angelina Lay terlalu takut terhadap konflik yang sedang berlangsung untuk mengijinkan anak mereka keluar dari rumah-rumah mereka.
"Selama masa konflik, keluarga -keluarga tinggal berkelompok - Anda hanya bermain dengan teman Anda, hanya itu yang kami ketahui. Bukan seperti sekolah, seperti apa rasanya duduk di kelas dan diajarkan tentang hal-hal di sekitar Anda."
Dia enam tahun lebih tua dari kebanyakan anak saat dia mengenakan seragam sekolah untuk pertama kalinya di usia 12 tahun.
"Ini adalah hari yang sangat menyenangkan bagi saya - bertemu dengan sesama siswa dan belajar dan berada di kelas. " katanya.
Tapi bukan hanya dia sangat tertinggal, dia juga berada di sekolah yang mengajar dalam bahasa pengantar yang tidak dipelajarinya dari lahir.
Di rumah, keluarganya berbicara dengan Bahasa Haka, sebuah dialek China, dan Dr Angelina Lay juga telah menyerap bahasa Tetum, bahasa Timor.
Tapi ketika Timor Timur di bawah pendudukan Indonesia, sekolahnya menggunakan bahasa Indonesia.
Awal yang baru
Ketika konflik di Timor Timur memburuk pada awal 1990-an keluarga Dr Angelina Lay memutuskan pindah ke Sydney.
Di sana dia harus memulai sekolah baru, kali ini di usia 19 tahun, dengan hanya mengikuti kursus singkat bahasa Inggris selama enama bulan.
Dia ingat harus mempelajari sebuah novel untuk ujian akhir sekolah menengah di negara bagian New South Wales (HSC) dan di dalam buku itu kemudian penuh coretan terjemahan dalam bahasa Indonesia.
"Saya tidak tahu bagaimana saya bisa memahami keseluruhan buku, itu adalah tahun terberat yang pernah saya alami," katanya.
Sekolah di Sydney itu juga menciptakan kecanggungan lain bagi Angelina.
Murid-murid lain di kelasnya berusia dua atau tiga tahun lebih muda, dengan kelompok pertemanan yang sudah terbentuk dengan kuat sehingga sulit baginya untuk bergabung dengan mereka.
Tapi dia tahu dia ditawari kesempatan besar yang tidak dimiliki banyak teman dan keluarganya di rumah.
Usahanya ini terbayarkan: dia mencapai nilai yang sangat baik dan diterima dalam program sains lanjutan di UNSW.
Dia kemudian melakukan tahun-tahun kuliah berharga itu dengan fokus pada penelitian.
"Saat itulah saya memutuskan bahwa inilah yang akan saya lakukan selama sisa hidup saya - menjadi ilmuwan medis," katanya.

Dr Angelina Lay
Dr Angelina Lay bersama suami dan anak-anaknya berlibur di Kyoto.Supplied
Target berikutnya adalah target PhD, dengan menghasilkan tidak hanya penelitian baru yang canggih  dalam memahami pengobatan kanker, tapi juga tesis yang sudah diterima untuk dipublikasikan di majalah sains bergengsi Nature.
Dengan prestasinya itu karirnya terbentuk, dan pintu menuju laboratorium di seluruh dunia terbuka baginya.
Setelah delapan tahun melakukan pekerjaan postdoctoral di AS, Dr Lay kembali ke Sydney dengan beberapa terbitan lagi atas namanya, juga seorang suami dan seorang putra, dan mulai bekerja menjadi peneliti di Centenary Institute.
Pertarungan lain
Tapi meski dengan semua prestasi yang sudah diraihnya, dia masih menganggap sains sebagai bidang yang sulit untuk dikerjakan sebagai seorang perempuan.
"Ketika Anda masuk ke dunia sains, ini adalah bidang yang didominasi laki-laki, tapi bukan berarti tidak ada kesempatan bagi perempuan," katanya.
"Jika saya bisa melakukannya, siapapun bisa melakukannya.
"Saya selalu mengatakan kepada putri saya untuk menjadi seorang ilmuwan - ada banyak hal menyenangkan yang dapat Anda lakukan dengan sains dan ini sangat sesuai dengan semua hal yang kita lakukan setiap hari."

Dr Lay bangga dengan pekerjaannya
Dr Angelina Lay adalah seorang ilmuwan yang karya-karyanya banyak dipublikasikan mengaku bangga bahwa dia dapat membantu meningkatkan perawatan potensial untuk penyakit hati.
ABC: Mary Lloyd

Terlepas dari tantangan itu, Dr Lay menghadapi dua anak sambil melakukan penelitian lanjutan, dia tidak dapat membayangkan karir di luar lab sains.
"Bayangkan dampaknya," katanya.
"Suatu hari nanti Anda bisa mengerti penyakit, bagaimana hal itu terjadi dan bagaimana kita menghentikannya terjadi, itulah dorongan saya."
11 Februari adalah Hari Perempuan dan Anak Internasional di Sains.Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

Baca Sumber : Disini

Topik :

Pendidikan
Kesehatan
Kanker
NSW
Sydney